Salah satu sensasi bulan Ramadan yang sifatnya sangat jasmani banget yaa berburu takjil dan berbuka dengan hasil buruan yang telah dilakukan, bahkan kadang selesai melaksanakan shalat Isya masih ada kudapan yang memang dicadangkan akan disantap setelah rukuk dan sujud melaksanakan shalat tarawih biasanya Kami  ikutan  11 rakaat yang dilaksanakan Masjid dekat rumah.
Usai melaksanakan shalat tarawih menyantap kolak dingin atau cingcau hijau  dhuuh . . .  ya nikmat sekali,   bahkan terkadang putera / puteri penulis bahagia makan gehu pedas atau seblak bersama -- sama,  energy Ramadan berlimpah kebahagiaan.
Gehu pedas itu hampir mirip dengan tahu pong di wilayah Yogyakarta akan tetapi sayuran yang dimasukkan dalam tahu yang sudah dikerok dicampur Lombok rawit yang super puddeess poooll.
Seblak adalah kudapan yang aslinya dari kerupuk sejenis sumber sari dengan bumbu dominan kencur dan yang penting rawitnya juga  banyak sehingga ketika diolahpun Kami yang ada disekeliling saat  masakan dibuat bersin berulang -- ulang karena rempah kencur dan rawit tersebut.
Pada saat ini  (1440H/2019M)  sentra -  sentra untuk penyediaan aneka jenis takjil tersebar diseluruh penjuru kota Bandung,  dan jika menyaksikan beberapa liputan televisi local, swasta dan Nasional bahwa Indonesia disetiap wilayah menjadi surga takjil skala menggiurkan setiap menjelang maghrib,  jadi membahagiakan untuk seluruh alam Indonesia.
Takjil adalah hidangan pembuka saat adzan maghrib datang dan kita bersegera meminum sesuatu dan menyantap hidangan ringan seperti kurma yang pada umumnya satu bijipun cukup lanjut shalat maghrib. Â
Masyarakat Bandung khususnya dan demikian bangsa Indonesia pada umumnya memiliki budaya takjil dengan limpahan jenis makanan yang tiada berbilang saking kayanya negeri ini, Â salah satu kegemaran penulis tidak di bulan Ramadan saja bahkan hari - hari biasa menyempatkan membeli cingcau hijau yang sangat murah sederhana dan bermanfaat bahkan sangat bertabat bagi penulis.
bermanfaat tentu saja mendinginkan lambung dan tenggorokan sehingga penulis jarang sekali sariawan atau penyakit sejenisnya sehatlah . . . kemudian cingcau itu memiliki sensasi yang ajaib memberikan terapi kebahagiaan bagi fikiran yang utama cingcau itu murah dan mudah mengolahnya.
Menurut penulis, Â siapa saja yang tidak suka cingcau rasa - rasa mereka termasuk orang merugi, Â karena cingcau kaya manfaat dan ramah dikantong.
Ahad, Â 8 Â Ramadan 1440 H Â / Â 12 Â Mei 2019 MÂ