"MPR RI itu ada dimana ya rasanya sulit terjangkau, Â MPR itu kemana saja koq baru muncul dan baru datang" Â kata Ambu Maria G. Soemitro, Â "Tahu ngga sich bahwa persoalan lingkungan sudah sedemikian mendesak, sampah dimana - mana, sungai menjadi penyebab banjir. . . . . Kamana wae atuh MPR - teh demikian kira - kira kiranya magh !" Â (kemana saja MPR ini)
Adapun Bang Aswi, mempersoalkan pajak buku yang sedemikian tinggi sehingga kita mengetahui bersama bahwa penulis selevel Tere Liye saja dan  tulisannya banyak juga novel - novelnya laku dipasaran nasional bagi dia sudah  terasa mencekik apalagi bagi penerbit yang ecek -- ecek,  untuk mendapatkan royalti satu bulan sertus ribu saja itu sudah susah banget.
Bagi Bang Aswi  situasi dan kondisi seperti ini menurunkan semangat untuk menulis buku,  mungkin banyak juga melanda penulis - penulis lainnya.
Menjahit Kembali Merah Putih Yang Terkoyak
Seusai beberapa orang netizen sempat menyampaikan hal -- hal yang dirasakan apa yang mendesak dan prioritas di sampaikan kepada ketua MPR RI yang ada dihadapan kami semua,  kemudian beliaupun berdiri dibelakang podium  dengan kostum seragam Tshirt abu -- abu tua mendekati warna hitam,  tampak santai saja sambil melempar senyum -- senyum mengapresiasi semua pertanyaan yang diajaukan padanya.
Zulkifli Hasan saat memotivasi beberapa netizen untuk berani bertanya sempat olehnya terucap bahwa :
Beranilah berbicara karena  MPR menjadi rumah kebangsaan pengawal ideologi Pancasila  dan kedaulatan rakyat.
Rupanya kalimat tersebut adalah visi dari MPR,  kemudian saat  membaca lembaran flyers yang di bagikan disana tertera salah satu maknanya  adalah :
MPR adalah representasi Majlis Kebangsaan yang menjalankan mandat konstitusional guna menjembatani berbagai arus perubahan,  pemikiran, aspirasi masyarakat  dan daerah dengan mengedepankan etika politik kebangsaan yang bertumpu pada nilai -- nilai permusyawaratan/perwakilan, kekeluargaan, toleransi,  kebinekaan dan gotong royong dalam bingkai negara Kesatuan Republik Indonesia.