Sebanyak 15 orang Kompasianer Bandung akhirnya bisa saling jumpa di Pendopo yang menjadi rumah dinas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil Sabtu (26/11/16) dalam rangka audiensi dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, banyak hal yang diungkap namun akhirnya penulis menangkap kesan acara ini semacam curhat – curhatan ala – ala pejabat wabil khusus Kang Emil diantara beberapa masalah yang beliau ungkap :
-Populasi penduduk kota Bandung bergerak super dinamis setiap hari bahkan setiap saat.
-Dalam penanggulangan dana antara swasta dan pemerintah, berharap ada kebijakan yang mendukung percepatan yang diprioritaskan tentang pembangunan 20 halte – halte.
-Memikirkan dan mengatur kota Bandung meskipun banyak penduduknya tetapi nyaman untuk ditinggali para mukimin baik yang pemarnen maupun yang ngalong. -Pembangun statiun dan halte – halte menghindari kendaraan (angkutan kota yang semakin berlimpah
-Bandung Smart City ; cyclingcity dan Bandung Teknopolis
Para Kompasianer di posisi masing – masing menyimak, sebagian sibuk menggambil gambar dan saya berusaha mencerna dengan sebaik – baiknya apa – apa yang disampaikan Kang Emil adapun tanggapan – tanggapan Pak Menteri terhadap beberapa hal yang akan segera direalisasikannya di Bandung tercinta yang istilah orang tua jaman dahulu kala Bandung itu sesungguhnya “Heurin ku tangtung” (berdesak – desakan karena banyak yang penduduk nya .Sunda) dan kita semua faham seperti kota – kota lainnya Bandung perlimpah masalah.
Cukup lama juga menanti rombongan ternyata Pak Menteri menjumpai Pak Gubernur Kang Aher dahulu baru kemudian Pak Walikota, saat rombongan telah hadir di gedung Pendopo Wali Kota kami diarahkan dan berkumpul di ruang Arab. Kang Emil menyapa semua blogger dan awak media kemudian beliau menjelaskan bahwa gedung pertemuan ini dikenal denga ruang Arab, ruangan yang bertemakan Islam banyak kaligrafi Arabnya bagi yang baru mengenalnya berasa keren pisan jika sudah biasa tentu tidak akan terlalu istimewa.
Kang Emil seakan memanfaatkan momen dengan sigap menyampaikan berbagai permasalahan kota diantaranya tentang pola fikir masyarakat. Kemudian Kang Emil bertutur kembali bahwa : “Salah satu penyebab kemacetan yang tidak beres – beres di kota Bandung karena pola fikir masyarakat, saat ini penduduk beranggapan dengan hidup mapan maka layak memiliki kendaraan dan menghindari menggunakan sepeda padahal saya membaca sejarah bahwa Belanda merancang kota Bandung adalah untuk bersepeda” Maka sepeda dan prasarananyapun oleh Walkot Bandung telah disiapkan meskipun belum memadai, kedepan angkot kendaraan pribadi secara bertahap akan ditata dan diatur dengan cara dikurangi dan bersepeda dijadikan kendaraan primadona.