- kemusnahan ;
- non eksistensi ataukah
- suatu perubahan
- perkembangan dan peralihan dari suatu dunia kedunia lain ?
Jika itu kehancuran dan kemusnahan secara fisik maka yang muncul memang kengerian yang tidak akan berkesudahan dan semua orang takut akan kematian, jangankan memikirkan rencana menjemput kematian dalam delapan hari mempersiapkan seumur hidupun belum tentu sukses . . . .
(semoga Allah menganugerahkan chusnul khotimah kepada kita semua. Amiin)
Maka jika tidak berdekatan munajat dan taqarrub pada Nya dengan ketentuan yang telah di turunkan pada Nabi - Nya yang Agung (Al Qur’an) maka semuanya tutup fikiran kita dari hal kematian itu titik, tidak akan ada pembahasan lagi.
Non eksistensi . . .
Secara akal sehat bisa jadi kematian adalah non eksistensi di dunia nyata . . . karena sudah tidak bernyawa kemudian dikubur dan ditinggalkan se usai pemakaman. Otomatis saja almarhum atau almarhumah tiada kisahnya lagi selesai tuntas urusan dunianya dan teramat penting anak cucu mendoakan untuk keselamatan di alam kubur mereka yang telah lebih dulu dipanggil menghadap Ilahy Robbi.
Jika eksistensi membutuhkan materi maka seseorang yang telah di wafatkan oleh Nya memang keberadaan diri telah berakhir dan kita tidak akan pernah menyaksikannya lagi secara jasadi, akan tetapi jika eksistensi terkait dengan pemaparan kiprah seseorang semasa hidupnya, Bunda coba mengambil salah satu contoh pendahulu bangsa ini tokoh hebat selevel Cut Nya’Dien yang bejuang pada masa 1873 – 1904 .
Bagaimanapun ketiadaannya . . . ia dikagumi oleh dunia internasional dengan julukan yang disematkan pada Srikandi Aceh Cut Nya Dien adalah “The Queen Of Aceh Battle” beliau eksis sepanjang tahun jadi bahan pembicaraan di media sosial, buku, majalah dan kajian sejarah bahkan Cut Nya dihidupkan kembali dengan cara membuat film kolosal dengan bintang Christine Hakim artinya bahwa ia memang ada meski telah tiada.
Roh kembali kepada Nya
Murthada Muthahari mengungkapkan salah satu pointnya tentang kematian adalah :