Mohon tunggu...
Roslina Martiana
Roslina Martiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Murid

Mulia dalam setiap do'a ibunya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Baduy dan Keramah-tamahannya

28 Mei 2024   23:34 Diperbarui: 29 Mei 2024   11:23 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita mendengar daerah Lebak yang berada di provinsi Banten. Mungkin yang terlintas dipikiran kita adalah Suku Baduy atau Suku Kanekes. Kelompok masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman Lebak dan menutup diri dari dunia luar. Tetapi tidak semua warga Baduy menutup diri dari dunia luar. Ketika kita mengunjungi Suku Baduy atau warga setempat lebih senang menyebutnya dengan istilah "saba" yang dalam bahasa setempat berarti silaturahmi. Ada dua suku dipedalaman Lebak yaitu, Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. 

Sebelum mengunjungi Suku Baduy Dalam kita akan melewati Suku Baduy Luar. Saat kita mengunjungi atau menyaba Suku Baduy kita akan disuguhkan pemandangan desa yang sangat asri dengan jalan setapak berbatuan. Rumah adat Suku Baduy atau rumah adat Sulah Nyanda adalah sebuah rumah panggung yang berdinding dari anyaman bambu serta beratap dari daun kelapa yang telah dikeringkan. Rumah disana berbentuk panggung karena dipengaruhi oleh lingkungan yang kerap lembab dan basah.  

Mayoritas warga Baduy Luar berprofesi sebagai petani gula merah atau penenun. Disepanjang jalan saat mengunjungi Suku Baduy Luar kita akan menemukan banyak warga Suku Baduy Luar yang sedang menenun dan berjualan beraneka ragam aksesoris khas Baduy seperti kain tenun, ikat kepala, gelang, bahkan gantungan kunci. Warga disana ramah sekali, ketika saya lelah karena berjalan menyusuri rumah-rumah warga adat Suku Baduy dan beristirahat di teras salah satu warga Baduy. Mereka langsung terburu-buru menyuguhkan minuman dan cemilan untuk saya. Dunia luar sedikit demi sedikit sudah mulai memasuki Suku Baduy Luar, mungkin itu yang membuat beberapa perbedaan antara Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. 

Di Suku Baduy Luar kita sudah menemukan listrik. Beberapa warga Baduy mengenakan alas kaki berupa sandal jepit, bahkan dari mereka pandai menggunakan handphone sebagai alat komunikasi. Selain rumah adat, disana terdapat bangunan yang menerupai rumah adat namun dengan ukuran lebih kecil digunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen padi atau biasa disebut dengan leuit. Selain keterbukaan terhadap dunia luar yang membuat Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam berbeda. Ternyata pakaian adat mereka juga berbeda warna. Untuk Suku Baduy Dalam berwarna putih dan untuk Suku Baduy Luar berwarna hitam. Baju adat Suku Baduy Luar yang berwarna hitam terkenal dengan sebutan baju kampret (kelelawar). 

img20220506104504-min-6656115ced64154e7b0a5862.jpg
img20220506104504-min-6656115ced64154e7b0a5862.jpg

Baju tersebut biasa dipakai oleh laki-laki dengan sebuah ikat kepala bercorak batik dengan motif tapak kebo sebagai bentuk kecintaan warga Baduy terhadap alam. Untuk wanita dari Suku Baduy Luar mengenakan baju panjang berwarna hitam dan kain batik bermotif tapak kuda dikenakan sebagai pengganti rok. Sedangkan, baju adat Suku Baduy Dalam disebut kutung atau jamang sangsang merupakan baju berlengan panjang tanpa kerah dan menggunakan ikat kepala berwarna putih. Warga Suku Baduy Dalam tidak menggunakan alas kaki sebagai bentuk kecintaan terhadap alam dan agar menyatu dengan alam bahkan mereka mengisolasikan diri dari budaya luar. 

Warga Suku Baduy Luar dan warga Suku Baduy Dalam memegang teguh agama mereka yaitu Sunda Wiwitan. Ternyata beberapa kilometer dari perkampungan adat Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam, terdapat perkampungan dari warga Suku Baduy yang telah memeluk agama islam. Mereka keluar dari perkampungan adat Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar dan membuat perkampungan sendiri di Kampung Landeuh kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak. Sesuai ketentuan adat setempat warga Baduy yang memilih beragama Islam harus keluar dari kampung adat Baduy dan mereka membuat perkampungan baru di Kampung Landeuh dengan tetap berkomunikasi dengan para sesepuh Baduy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun