Mohon tunggu...
Rosiy Lawati
Rosiy Lawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

.\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

G-Spot

5 Mei 2014   13:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya sedang berpiktor ria nih karena tiba-tiba teringat percakapan saya dengan seorang teman wanita yang bilang kalo dia tidak pernah merasakan orgasm dan dia bilang banyak teman-temannya yang tidak pernah merasakan orgasm. Sayang bener ye mereka tidak bisa merasakan nikmatnya sensasi orgasm.

Saya cuma mau kasih opini saya aja. Sedih rasanya kalo seorang perempuan tidak pernah mengalami sensasi yang sulit dideskripsikan tsb (karena tiap perempuan reaksinya berbeda-beda).

Di luaran sono dan di internet banyak artikel yang membahas masalah G-Spot. Biasanya yang baca pasti kaum pria karena mereka ingin dibilang jantan. However, tau apa mereka soal G-Spot perempuan? Bagaimana jika mereka tau bahwa banyak perempuan yang fake response tubuh dan mukanya pada saat berhubungan sex agar si pria cepat crot. Bagaimana jika mereka tau kalo ada sebagian perempuan yang tidak menyukai hubungan sex tetapi karena kewajiban sebagai seorang isteri mereka (secara halus) terpaksa melayani suami mereka agar sang suami tidak jajan di luar atau tidak selingkuh?

Saya cuma mau bilang bahwa sebagai perempuan kita yang punya tubuh. Seharusnya kita yang tau di mana G-Spot kita terletak. Kalo kita sudah memahami apa yang membuat kita terangsang, apa yang bisa membuat kita menikmati sensasi sentuhan-sentuhan yang melenakan syaraf tubuh kita. Di mana dan bagaimana kita bisa mendaki puncak asmara maka kita bisa mengarahkan pasangan kita agar kita bisa mencapai orgasm.

Caranya? Simple aje. Kalo malu ya coba saja pas lagi mandi di explore bagian-bagian tubuh kita. Perhatikan apa yang bisa membuat kita menikmati sensasi-sensasi tsb. Terus explore sendiri so tidak akan ada orang lain yang bisa bilang itu adalah perbuatan dosa atau zinah.

Kalo tidak malu ya lakukan bersama dengan sang suami. Explore bersama dan bicarakan mana yang kita tidak sukai mana yang jadi favourite kita. Use our imagination lah.

Kalo punya anak kecil, ya tunggu anaknya sampai tidur dan kalo perlu lakukan saja di kamar mandi agar tidak mengganggu tidurnya si anak balita.

So coy buang itu perasaan malu atau beban, kita cuma hidup sebentar so kita akan rugi jika kita tidak bisa menikmati orgasm.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun