Tidak dapat dipungkiri, fenomena sampah di sekolah merupakan masalah besar yang perlu penanganan serius. Petugas pengangkut sampah melaporkan bahwa produk kemasan plastik dan kertas merupakan jumlah terbesar yang diperoleh  dari bak sampah besar sekolah. Walaupun sudah diupayakan berbagai cara untuk mengurangi jumlah sampah, seperti menghimbau peserta didik membawa botol minum dari rumah, membawa bekal makanan pribadi, membawa sampah pribadi dan mambuangnya di rumah...tetap saja sampah melimpah ruah di bak sampah besar pojok sekolah. Disinyalir masih banyak siswa yang kurang peduli dan menyepelekan permasalahan sampah yang menumpuk di sekolah.Â
Sebagai tempat menumbuhkan dan membangun karakter positif, maka sekolah perlu membiasakan hal baik dan teladan kepada siswanya, salah satunya adalah bagaimana agar sampah di sekolah dapat dikelola dengan baik serta perilaku dan berbudaya lingkungan hidup sekolah (PBLHS) benar-benar diberlakukan. Adapun sampah dikategorikan dalam 2 kelompok besar yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan jenis sampah atau limbah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang terbagi menjadi sampah organik basah dan kering. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang bukan sisa makluk hidup yang terbagi menjadi sampah yang dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur ulang. Saat ini hampir 75% makanan dikemas dalam plastik, sehingga menyebabkan isi tong sampah di sekolah hampir dipenuhi limbah anorganik yaitu plastik. Sedangkan sampah organik di sekolah hampir 50% adalah daun-daunan yang rontok dari pohon-pohon besar yang berada di halaman sekolah.Â
Oleh sebab itu, dirasa perlu bagi sekolah untuk mengundang narasumber yang dapat menjelaskan mengenai pengelolaan sampah yang ada di sekolah. Selain itu bersamaan dengan kegiatan P-5 kelas X yang mengambil tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" yang mengaplikasikannya dalam projek berjudul "Gerakan Perilaku dan Berbudaya Lingkungan Hidup Sekolah-Adiwiyata," maka penting adanya informasi yang tepat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Untuk itu selama 2 hari (15-16 Agustus 2023) SMAN-1 Pangkalpinang mengundang narasumber dari DLHK kota dan DLHK provinsi.Â
Yusri, narasumber dari DLHK Kota menyampaikan kepada peserta didik bahwa sampah plastik saat ini sudah luarbiasa jumlahnya dari warga kota Pangkalpinang. Beliau menghimbau agar peserta didik mulai mengurangi penggunaan produk-produk yang dikemas plastik. Salah satu contoh sederhana adalah dengan membawa botol minum dari rumah, dan membawa kotak makanan sendiri. Tim DLHK kota juga mengajak peserta didik untuk memilah sampah dengan cara mengumpulkan botol plastik dan menjualnya kepada Bank Sampah yang dikelola DLHK Kota.Â
Sedangkan tim DLHK Provinsi mengadakan kegiatan workshop dengan kader Adiwiyata SMAN-1 Pangkalpinang dengan membuat Bio-Enzim dari limbah rumahtangga berupa kulit buah-buahan dan sayur-sayuran yang nantinya dapat dijadikan pupuk cair untuk tanaman di sekolah. Peserta didik terlihat sangat antusias, mereka bersemangat mendengar penjelasan dari narasumber dan bekerjasama menyelesaikan produk bio-enzim.Â
Kegiatan sosialisasi dan workshop bersama tim DLHK kota dan Provinsi dirasakan sangat bermanfaat bagi seluruh peserta didik dan guru-guru. Bahkan selanjutnya akan meneruskan kegiatan tersebut dengan mendatangkan pihak Bank Sampah dari DLHK kota dan membuat sabun dari bio-enzim. Harapannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dapat menjalankan gerakan prilaku dan berbudaya lingkungan hidup baik di sekolah, di rumah, dan dalam masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI