PENINGKATAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK HALUS KELOMPOK B MELALUI KEGIATAN MENJAHIT
Rosita Laraswati, S.Pd
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah The Golden Ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, dimana semua potensi anak berkembang paling cepat.
Perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah ada sejak lahir. Perkembangan fisik motorik terdiri atas dua jenis, yakni motorik kasar dan motorik halus. Gerak motorik kasar bersifat gerakan utuh, sedangkan gerakan motorik halus lebih bersifat keterampilan detail.
Keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat atau media untuk kegiatan pembelajaran misalnya menggunting, menempel, menulis, menggambar, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan yang mencakup pemanfaatan tersebut, misalnya dengan kegiatan menjahit. Menurut Cristianti (2014:4) yang menyatakan bahwa menjahit adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk anak usia dini sebagai upaya untuk mengembangkan keterampilan motorik halus. Devianti (2013:139) yang menyatakan bahwa manfaat aktivitas menjahit antara lain adalah melatih kreativitas, mengasah kemampuan motorik halus, melatih ketelitian dan kesabaran anak, menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian anak, mengasah kerapian, serta membantu mengembangkan koordinasi antara mata dan tangan anak. Surianti (2012:1) juga menyatakan bahwa kegiatan menjahit mampu melatih kelenturan jari anak dalam menggunakan peralatan sekolah misalnya alat tulis.
Kegiatan menjahit sepatu dengan menggunakan media 3D membuat anak sangat antusias. Karena biasa anak menggunakan Lembar Kerja. Ketika guru menjelaskan langkah-langkah dalam menjahit dengan benar anak memperhatikan guru dengan seksama. Capaian perkembangan yang tercapai pada saat anak belum mampu menjahit dengan benar  dari 13 anak terdapat 3 anak yang ijin tidak masuk karena sakit 4 anak yang belum mampu melakukan kegiatan menjahit dengan  dengan benar. Terbukti, 6 anak mencapai BSB dan 4 anak BSH. Setelah guru melakukan PPL Aksi 4 menggunakan media 3D yaitu Sepatu Jahit  yang menarik anak sudah mulai mampu memahami dalam menjahit dengan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H