Menjelang hari ‘H” penyoblosandalam Pilkada Serentak 9 Desember 2015, kini para kandidat semakin gencar melangsungkan kampanye politik guna meraup suara sebanyak mungkin. Kampanye yang sudah berlangsung sekitar dua bulan diawali kegiatan kunjungan sosialisasi ke beberapa lokasi di masing-masing wilayahnya, pemasangan alat peraga/alat peraga kampanye (APK), debat publik antarpasangan calon/kandidat, hingga kampanye terbuka yang biasanya diikuti oleh pendukung maupun simpatisan secara massal.
Itu semua merupakan proses yang cukup menarik diamati dan dicatat sebagai sejarah perjalanan politik di masing-masing daerah di negeri ini. Kampanye Pilkada sebagai bagian dari komunikasi politik yang dilancarkan oleh masing-masing kandidat tentu saja bukan hanya menjadikan ajang pesta demokrasi semata.
Lebih dari itu, jika dilangsungkan secara baik dan terencana maka kampanye politik dalam Pilkada 2015 tersebut sebagai wahana atau praktek politik antara kandidat/pasangan calon (komunikator) dan masyarakat luas yang menjadikan sasaran (komunikan). Dalam proses komunikasi antara komponen komunikator dan komunikan inilah terjadi transaksi informasi sehingga berpengaruh atau tidak dalam menentukan sikap di hari penyoblosan nanti.
Diantara berbagai bentuk kampanye politik dalam pelaksanaan Pilkada serentak 2015, nampaknya kampanye berupa ‘debat publik’ cukup menarik diperhatikan. Dalam forum ini masing-masing kandidat (pasangan calon bupati/wakil bupati, atau calon walikota/wakil walikota) bisa berkomunikasi dan berhadapan langsung dengan lawan politiknya, bahkan berlangsung di hadapan khalayak (audiens) walaupun dalam jumlah terbatas.
Banyak hal yang dapat dipetik atas diselenggarakannya forum ‘debat publik’ dalam Pilkada 2015 ini, antara lain: masyarakat luas akan mengetahui visi dan misi masing-masing kandidat, tujuan sasaran dan program apa yang akan dilakukan selama 5 tahun ke depan, bagaimana para kandidat mengahadapi persoalan/masalah faktual sekaligus memberikan solusinya.
Penajaman visi dan misi terkait program-program unggulan maupun isu faktual di daerah yang disampaikan secara dialogis dalam forum ‘debat publik’ yang dipandu oleh moderator sesungguhnya menjadikan wahana pendidikan politik yang dapat dibilang cukup elegan.
Masyarakat atau khalayak selanjutnya bisa menilai kadar intelektualitas para calon-calon pemimpinnya, baik dari dari gaya ketangkasan dan kekompakan paslon dengan wakilnya untuk memaparkan maupun mempertajam visi dan misinya.
Di Yogyakarta dan sekiatarnya, seperti di Magelang, Klaten dan sekitarnya ‘debat publik’ Pilkda 2015 sudah dan mulai dilakukan. Walaupun acara kampanye yang dikemas dalam forum ini cenderung sedikit memanas, namun secara umum ‘pertarungan’ antarkandidat boleh dikata masih wajar dan cukup proporsional.
Khususnya bagi peserta ‘debat publik’ di wilayah Yogyakarta, yang acaranya disiarkan melalui stasiun TV Lokal (Jogja TV) barang tentu jangkauannya lebih meluas, diketahui oleh publik sebagai pemirsa televisi lokal sehingga mereka akan mengetahui sejauhmana para kandidat tampil secara nyata, memaparkan masalah-masalah faktual dan langkah-langkah dalam menghadapinya. Masyarakat luas juga akan menilai gaya ketangkasan dan kekompakan masing-masing paslon dan wakilnya. Masyarakat selanjutnya juga akan menilai, menimbang, atau nantinya akan menentukan mana pimpinan yang layak untuk dipilih sebagai bupati/walikota beserta wakilnya.Ini sebagai langkah untuk mengundang partisipasi rakyat untuk memilih.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk kampanye politik dalam rangka pelaksanaan Pilkada 2015 seperti: sosialisasi dan kunjungan ke beberapa lokasi, pemasangan atribut/alat peraga kampanye yang cenderung merusak lingkungan, serta kampanye terbuka dibarengi konvoi-konvoi sepeda motor dengan knalpot blombongan, bentuk kampanye berupa ‘debat publik’ ini menurut penulis lebih elegan dan proporsional.
‘Debat publik’ sebagai salah satu bentuk kampanye politik dalam pelaksanaan Pilkada serentak 2015 ini menjadi amat layak diapresiasi, karena nilai-nilai pendidikan politiknya lebih nyata, komunikasi/dialog antarkandidat dapat dilihat oleh berbagai kalangan secara luas, sehingga kualitas masing-masing calon pemimpin daerah bisa dikatahui oleh rakyatnya.