Mengunjungi obyek-obyek wisata dalam artian secara fisik memang cukup menarik dan mengasyikkan, apalagi belum pernah berkunjung ke lokasi-lokasi wisata yang sedang menjadi pembicaraan publik karena keunikan dan betapa eksotisnya lokasi wisata yang dikunjungi tersebut. Hal demikian wajar, karena "sesuatu yang baru" akan selalu menarik minat dan menambah referensi serta pengalaman kunjungan, syukur juga memberikan kenangan indah.
Namun demikian pada bagian lain tidak ada salahnya bilamana dalam setiap kunjungan wisata, terutama bagi mereka yang menginginkan untuk memperoleh nilai tambah -- maka disamping menikmati obyek wisata secara kasat mata (baca: melihat obyek wisata secara fisik) adakalanya mencoba untuk mencari informasi sebagai pelengkap. Misalnya berupaya menemui tokoh masyarakat setempat, baik formal maupun nonformal, orang-orang kunci atau tour guide, untuk menggali sejarah dan keberadaan obyek wisata yang dikunjungi.
Melalui langkah ini tentunya akan dapat dipetik tentang mengapa dan bagaimana obyek wisata yang dikunjungi tersebut ada, mengetahui keunikannya, bagaimana proses pembangunannya, siapa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan untuk siapa obyek wisata itu dibangun/didirikan sehingga banyak nilai yang bisa dipetik sebagai tambahan wawasan atau pengetahuan.
Membincangkan obyek wisata dalam tataran kebudayaan memang banyak hal yang bisa diungkap. Kebudayaan dalam artian kata benda yaitu dalam bentuk artefak, paling banyak dilakukan oleh setiap wisatawan. Akan tetapi jika mengacu pada konsep kebudayaan dalam artian kata kerja -- maka didalam obyek wisata itu sendiri tentunya ada makna, value (nilai) yang terkait didalamnya. Disinilah akan ditemukan nilai-nilai yang berkearifan lokal sebagai bagian dari sejarah yang ikut serta mewarnai hidup dan kehidupan masyarakat lokal atau masyarakat pendukungnya.
Nampaknya memang sedikit menyita waktu dan pemikiran bilamana kita inginkan untuk mengetahui lebih jauh tentang obyek wisata yang kita kunjungi tersebut. Di wilayah Provinsi DIY banyak obyek wisata yang menarik dikunjungi, termasuk obyek wisata unik, khas yang tidak ditemui di tempat lain. Namun ada sisi lain yang jika berminat bisa digali dan dipahami historisnya sebagai nilai tambah bahwa pulang dari berwisata tidak sekadar penyegaran suasana, membawa oleh-oleh berwujud kenang-kenangan, foto-foto berselfiria, numpang narsis, asesoris, dan sejenisnya.
Lebih dari itu sepulang dari kunjungan wisata setidaknya kita bertambah wawasan atau pengetahuan yang didalamnya penuh nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom). Syukur pula bisa menggugah inspirasi, motivasi dan sekaligus mengkomunikasikan pada rekan-rekan, saudara yang belum mengetahui maupun relasi yang mempunyai kepentingan yang sama. Semoga. (Fransiska Rosilawati).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H