Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop on Hand, 5 Langkah Etika Nyaman Bermedia Sosial

1 Februari 2017   16:55 Diperbarui: 1 Februari 2017   17:32 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aktivitas bermedia sosial | sumber: freepic.com

PERNAH SHARE broadcast di grup media sosial tanpa baca, tanpa memahami isi dan tanpa klarifikasi? Pernahkah kita merasakan bilamana di luar sana ada orang jadi korban negatif atas broadcast itu. Bukan saja korban secara fisik, bahkan psikis, kejiwaan dan pengetahuan. Jika jawabannya IYA, mulai saat ini jadilah lebih bijak.

Tanpa disadari, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyeret kita pada peradaban baru. Sebuah peradaban berbeda dari beberapa dasawarsa sebelumnya. Peradaban yang merubah model interaksi antar manusia dengan dukungan perangkat di tangan. Begitu dekat, selalu bersama dan mampu berinteraksi terus menerus tanpa terbatas jarak dan waktu. Bahkan tidak lagi mengenal lawan interaksi.

Salah satu perangkat hasil budaya perkembangan teknologi komunikasi itu bernama media sosial. Banyak hal positif dirasakan akan kehadirannya sebagai pendukung kecepatan aliran informasi. Namun tidak sedikit hal negatif muncul karenanya, khususnya bagi mereka yang kurang bijak.

Ibarat pisau, medsos hanyalah alat. Jika berada di tangan bijak tentu akan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Tapi jika di tangan salah, bisa jadi alat pembunuh yang cukup kejam. Manipulasi informasi, membalikkan fakta dan menghancurkan peradaban.

Awalnya media sosial dikembangkan sebagian media interaksi secara perorangan, komunikasi antar pribadi. Namun pada perkembangannya, komunikasi tersebut perlu mendapat perhatian dari orang sekitar, dimulai dari pertemanan. Kemudian berkembang menjadi interaksi luas seseorang dengan banyak orang, bahkan yang tak kenal sekalipun.

Bagaimana pun, perkembangan media sosial kini telah menjadikan generasi muda sebagai umat digital. Sebuah umat yang memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap koneksi internet. Sebut saja Google, Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Whatapps dan aplikasi lain sejenis menjadi media referensi.

Mencari referensi dan belajar secara instan dari internet yang tak pernah terpenuhi syarat otoritas sebagai sumber terpercaya. Lemah dalam verifikasi informasi dan mudah nge-share informasi tanpa baca. Lebih cilaka lagi adalah berkomentar hanya berdasar akal pikiran sendiri serba cekak dan bersumbu pendek.

Hidup di jaman digital, berinteraksi dalam ruang maya memang tidak lagi bisa dihindari. Informasi mengalir bak buih lautan yang terus menghiasi layar gawai. Berbagai aroma informasi menusuk otak dan syaraf.

Lalu bagaimana menyikapi fenomena maraknya broadcast informasi bersliweran di gawai kita? Melalui tulisan ini, saya akan coba suguhkan lima langkah agar kita nyaman dalam bermedsos.

1.  Baca secara utuh, Pahami!

Bagi saya, informasi sekecil apapun adalah berharga. Terlepas dari salah atau benar. Makanya jika tertarik, saya harus tahu dan harus baca hingga tuntas, agar paham pesan yang hendak disampaikan secara utuh. Jika perlu harus diulang-ulang. Jika tidak tertarik skip saja, tak perlu dibahas, tak perlu share. Titik!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun