Gua Hira merupakan sebuah celah kecil dibalik puncak Jabal Nur. Sebuah bukit yang terletak sekitar tujuh kilometer timur laut Kota Mekah. Puncaknya menjulang nyaris vertikal setinggi lebih dari 400 meter. Dibalik puncak itu terdapat Gua Hira, tempat Rasulullah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril.
Kini Gua Hira menjadi salah satu destinasi ziarah bagi jemaah haji dan umrah dari berbagai negara. Mereka ingin menyaksikan langsung napak tilas dari perjuangan junjungan umat Islam dalam menegakkan agama Allah. Untuk mencapai tempat tersebut, kita harus mendaki hingga puncak dan turun lagi, karena letaknya tersembunyi dibalik bukit.
Dalam perjalanan ke puncak bukit banyak hal yang bisa kita temui. Berikut tujuh hal yang akan kita temui saat mendaki Jabal Nur.
1. Tanjakan Terjal
Sepanjang perjalanan dari kaki bukit hingga puncak diwarnai dengan tanjakan batu yang cukup terjal. Meskipun saat ini sebagian besar jalur telah diperbaharui menjadi undakan anak tangga, namun hal tersebut tidak mengurangi curam jalan yang dilalui.
Makin ke puncak, jalanan semakin terjal. Bahkan ada beberapa titik yang memiliki sudut hingga 60 derajat. Ada pula beberapa jalur yang hanya bisa dilalui secara bergantian dari atas dan bawah. Beberapa ruas telah dilengkapi dengan pegangan tangan guna memudahkan sekaligus memberikan kenyamanan bagi para pengunjung saat mereka mendaki.
Tidak heran bila untuk mencapai puncak, diperlukan tenaga ekstra. Pembekalan yang cukup, terutama fisik dan air minum. Sejumlah toko di kaki bukit menyediakan makanan dan minuman yang bisa dibeli sebagai bekal. Untuk mencapai puncak biasanya memakan waktu sekitar 45 menit.
2. PengemisÂ
Di sepanjang jalan pendakian, akan bertemu dengan pengemis. Sedikitnya ada 10 orang yang mempunyai pos masing-masing. Mereka mengharapkan sedekah seikhlasnya dari pengunjung yang lewat. Kondisinya pun berbeda-beda. Ada yang sakit, ada pula yang cacat secara fisik.
Ada yang unik dari mereka. Umumnya mereka menggunakan kosa kata berbeda sesuai dengan bahasa dari orang yang lewat. Wah hebat juga, pengemis multi bahasa. Bisa jadi ini cara mereka berkomunikasi agar nampak lebih akrab dan sopan. Dan lebih mengejutkan bahkan pengemis itu bisa mengenali asal negara dari orang yang lewat meskipun dalam gelap malam.
3. Penjual Batu dan MinumanÂ
Setidaknya ada tiga warung penjual makanan dan minuman yang bisa disinggahi selama perjalanan ke puncak bukit. Sekaligus istirahat, mengisi tenaga ataupun membeli perbekalan.
Berbagai jenis minuman tersedia, dingin juga ada. Wah! Ditengah terik matahari, panas menyengat di bukit berbatu, tentu minuman dingin sangat menggoda. Aneka roti, biskuit dan makanan ringan dijual dengan harga relatif sama seperti warung lainnya di kaki bukit.
Bagi penggila batu, di sini ada juga orang yang menjajakan batu berbagai jenis dan variasi harga. Tawarlah dengan baik sebelum membeli.