Mendengar Tana Toraja, maka yang ada dalam benak kita adalah destinasi wisata budaya. Ke sana untuk melihat makam peninggalan warisan budaya nenek moyang yang berada di tebing, bukit dan goa. Peti mati berisikan mayat yang sudah diberi balsem dan kafan, diletakkan di ketinggian sesuai tingkatan sosial di masyarakat.
Saat berkunjung ke sana, kita bisa saksikan deretan kayu peti mati yang mulai dimakan usia. Inilah destinasi wisata kebanggaan masyarakat Toraja selama puluhan tahun. Tengkorak berjejer, sebagian tertata rapi, sebagian seperti kurang perawatan. Aroma lembab menyeruak hidung sudah tercium sejak di pintu goa.
Bila beruntung, kita bisa saksikan prosesi penggantian pakaian jenazah yang sudah diawetkan itu. Biasanya bulan Agustus. Layaknya manusia hidup, mereka didandani dengan pakaian baru, lengkap beserta aksesori, seperti topi dan kacamata.
Rasa kagum sekaligus bikin jantung berdecak, untuk sebagian orang yang melihatnya. Betapa tidak, untuk sebagian besar masyarakat Indonesia takut dengan mayat. Namun bagi mereka justru merawatnya, membersihkan dan berinteraksi layaknya orang hidup.
Jauh dari itu semua, kini Toraja Utara, kabupaten pemekaran dari Tana Toraja terus berbenah soal pariwisata. Tidak lagi mengandalkan potensi budaya. Alternatif destinasi terus digali dan dikembangkan berbasis kondisi alam nan asri dan menawan. Salah satunya destinasi yang viral belakangan ini, Negeri di Atas Awan. Perjalanan kita akan menuju kesana.
***
Tujuh jam perjalanan menuju Toraja Utara dari kota Makassar, sebenarnya cukup melelahkan. Maka nikmati saja, terlebih jika siang hari sepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan hijaunya sawah, hutan dan kumpulan bukit. Sesekali masuk pusat pemukiman, dan keluar lagi nikmati hamparan alam.
Adalah Kampung Lolai di Kecamatan Kapalapitu. Wilayah ini masuk dalam Kabupaten Toraja Utara. Sebenarnya ada tiga spot untuk menikmati aroma udara pagi sambil memandang hamparan awan. Dari ketiga tempat itu, yang cukup terkenal dan paling ramai ada di Lempe, Kampung Lolai ini.
![Pancaran sinar keemasan mentari pagi di Negeri di Atas Awan | Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/23/img-20180422-wa0032-5b2df347cf01b411881a3b03.jpg?t=o&v=770)
Ada beberapa penginapan berbentuk villa dengan dua kamar yang bisa disewa pengunjung. Ada yang besar, sekaligus ruang pertemuan. Ada pula kecil untuk keluarga. Harga berkisar Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta per vila per malam.
Bagi pengunjung memang disarankan bermalam di lokasi agar bisa menikmati momen indah saat pagi, bahkan sejak sore dan malamnya. Ditemani perpaduan hawa sejuk pegunungan dan keindahan alam. Keindahan sore, sangat bagus untuk mengambil foto.