Masa SMA adalah masa paling manis dalam sepanjang pendidikan. Setidaknya itu penilaian pribadi penulis. Banyak teman dekat, kenal dengan keluarga mereka, bisa main ke rumah mereka sesuka hati. Main sepanjang hari, tanpa rasa takut kesasar. Pelajaran pun tidak menjadi beban. Ujian sekolah biasa, kadang terlewat begitu saja, bahkan tanpa persiapan belajar.
Ya itulah yang penulis rasakan di awal tahun 90an. Semua berjalan asyik saja. Jalani tak terasa ternyata malah menjadi juara di sekolah.
Buku pelajaran cetakan, tas, seragam rapih, sepatu baru, kayaknya itu mimpi. Sepanjang SMA, rasanya penulis hanya punya beberapa buku pelajaran cetakan. Selebihnya mengandalkan penjelasan dari guru di papan tulis, disadur ulang dalam buku catatan.Â
Terkadang bercampur beberapa pelajaran dalam satu buku, ditambah sedikit kata-kata sok puitis, curhatan jiwa. Kalopun terpaksa, beli diktat dari sekolah yang diketik di kertas buram.
Tas, kayaknya hampir tak pernah bawa, tepatnya tidak punya. Buku ditenteng saja dengan tangan kiri, semetara tangan kanan bergelantungan naik bis, bertarif seratus perak. Semasa itu, tidak ada rasa takut sedikit pun buku jatuh, atau badan terlempar dari bis akibat berdesakan dan kurang kuat pegangan.Â
Seragam tiga potong, dipakai sabtu sampai kamis. Maklum di sekolah kami, libur hari jumat. Pulang sekolah kotor langsung cuci sendiri, besoknya bisa dipakai lagi, kalo kebetulan tidak hujan. Sepatu satu, dan satu-satunya tidak akan berganti sepanjang masih "berujud sepatu".
Ini sekelumit cerita dari sekian kenangan dimasa itu.
Suatu ketika, penulis karena sakit tidak bisa mengikuti ujian. Tidak masuk sekolah. Hari berikutnya, laporlah penulis kepada guru. Sampaikan permohonan maaf sekaligus izin untuk mengikuti ujian susulan. Ga ada surat dokter untuk cari alasan tak masuk sekolah.Â
Izin pun diberikan, ujian susulan dapat dilakukan usai jam pulang sekolah, hari berikutnya.
Pada hari yang ditentukan, usai jam sekolah, penulis bergegas ke ruangan guru. Kemudian diberitahu bahwa ujian dilakukan di ruang tata usaha. Langsung saja ke TKP, masuk dan duduk di kursi yang biasa dipakai untuk melayani siswa saat berurusan administrasi dengan tata usaha sekolah. Sekilas tampak beberapa pegawai sedang persiapan pulang. Ini jam pulang sekolah.
Pak guru datang dan duduk di seberang meja. Ngobrol sejenak dan ku lihat pak guru sedang menuliskan soal --- tentu saja tulisan tangan, jaman itu belum ada komputer --- tiga soal ujian. Soal disodorkan beserta beberapa lembar kertas buram untuk menjawab soal.