Mohon tunggu...
Rita Rosiana
Rita Rosiana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

lebih suka naik gunung dan menulis catatan perjalanan dibanding menulis jurnal...he he

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kali ini Merapi Tak Ingkar Janji

17 Oktober 2015   18:06 Diperbarui: 18 Oktober 2015   12:24 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pendakian Merapi"][/caption]

Merapi merupakan salah satu Gunung Berapi teraktif di Indonesia dengan ketinggian 2.968 Meter di atas Permukaan Laut (MDPL). Berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung ini termasuk Gunung yang difavoritkan Pendaki. Akses yang mudah, waktu pendakian yang tidak terlalu lama dan pemandangan yang menawan adalah daya tarik Merapi.

Sore itu usai mengurus perizinan, saya bersama empat orang teman beranjak meninggalkan Base Camp Bara Meru Merapi. Setelah menyusuri jalan beraspal yang menanjak, sepuluh menit kemudian kami sampai di New Selo. Pendaki yang baru turun atau akan naik biasanya akan berhenti dulu di New Selo. Tak berlama-lama di New Selo, kami bergegas melanjutkan pendakian, berharap tidak terlalu malam sampai di Pasar Bubrah, tempat akan mendirikan tenda sebelum muncak keesokan harinya.

Cuaca cerah Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak, hingga akhirnya tiba di gerbang pendakian yang ditandai dengan tulisan 'Selamat Datang di Taman Nasional Gunung Merapi. Trek yang dilalui semakin terjal, beberapa kali kaki saya terantuk batu, beruntung terlindungi sepatu sehingga tidak lecet. Hari beranjak gelap, Hendra dan Ben yang berjalan di depan mulai menyalakan Head Lamp, demikian pula dengan Hendro dan Slamet yang berjalan di belakang, Saya yang berjalan di tengah sementara cukup mengandalkan cahaya senter mereka.

Ditemani cahaya bulan purnama langkah demi langkah dengan sesekali berhenti untuk melepas lelah dan Shalat akhirnya setelah mendaki selama sekitar 4 jam, kami tiba di Pasar Bubrah. Sebuah area yang terbuka dengan hamparan batu besar dan kecil berserakan. Memandang ke sekeliling Pasar Bubrah, saya membayangkan seperti berada di sebuah planet lain. Di depan Puncak Merapi nan gagah berdiri menjulang, di Pasar Bubrah ini kami mendirikan tenda dan bermalam.

Keesokan harinya kami bangun kesiangan, harapan untuk menyaksikan matahari terbit dari Puncak Merapi pupus sudah. Beruntung saat keluar tenda saya masih bisa menyaksikan matahari terbit, meski hanya di Pasar Bubrah. Usai sarapan kami mulai melangkahkan kaki menuju puncak, setelah sekitar 1,5 jam berjuang mendaki dengan medan yang didominasi pasir halus, kami akhirnya sampai di Puncak.

Luar biasa indah pemandangan dari Puncak Merapi ini, sejauh mata memandang hanya hamparan awan putih yang mendominasi. Dari puncak juga kita dapat menyaksikan pemandangan Gunung Merbabu, Sindoro, dan Sumbing, serta kawah Gunung Merapi.

Kali ini Merapi tak lagi ingkar janji, setelah pada pendakian sebelumnya saya terpaksa harus menghentikan pendakian hanya sampai Pasar Bubrah. Kabut yang sangat tebal tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendakian hingga ke Puncak.

[caption caption="Awal Pendakian, selepas New Selo."]

[caption caption="Menyaksikan Mata Hari Terbit dari Pasar Bubrah."]
                                             [caption caption="Puncak Merapi dari Pasar Bubrah."]

[caption caption="Merangkak menuju puncak Merapi."]

[caption caption="Para Pendaki di Puncak Merapi."]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun