Dia adalah anugerah terindah yang pernah ku miliki.
Dia yang membuatku membuka mata lebih lebar. Melihat dunia lebih luas. Melihat dunia dari segala macam perspektif. Lalu menyadarkanku bahwa dunia akan terasa lebih indah jika kita memiliki banyak kawan. Menjaga hubungan baik dengan semua handai taulan. Saling berbagi, saling tolong menolong tanpa perlu memikirkan balasan apa yang harus diberikan. Selalu ada untuk mereka yang membutuhkan kita.
Dia yang selalu mau menyanyikan lagu-lagu yang ku suka. Walaupun tak tau lagunya, tapi dia mau berusaha. Belajar menghafalkan nada dan untaian kata pada tiap liriknya. Lalu dengan suka rela ia nyanyikan lagu yang ku suka untukku.
Dia yang selalu memintaku tuk tenangkan dirinya di kala otak sulit diajak kompromi. Dia yang selalu menghubungiku di pertengahan malam hanya untuk menangis, meluapkan emosi, menyesali perbuatannya, berkeluh kesah dan meminta maaf karena pernah melukaiku. Meminta maaf karena tak bisa selalu ada di dekatku. Lalu menanyakan kabarku dan mendoakanku.
Dia yang tanpa sadar selalu memberikanku peer. Bukan peer pelajaran sekolah. Tapi peer pelajaran kehidupan. Selaluuu! Sampai kadang ku ingin menyerah untuk menyelesaikan semua peer yang dia berikan! Tapi tidak, aku ingin belajar hal baru darinya. Aku suka dengan keadaan ini. Aku suka dengan tantangan ini. Aku suka caranya mengajarkanku tentang arti bahagia dan derita.
Semoga dia tetap menjadi dia, bukan Dilan.
Surabaya, 27 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H