Â
      Limbah merupakan sisa dari suatu kegiatan dan memilki nilai rendah. Pada umumnya, limbah dibuang begitu saja tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Tumpukan limbah yang terjadi di beberapa lokasi akan mendorong penyebaran vektor penyakit sehingga kualitas kesehatan lingkungan dan masyarakat dapat menurun. Selain itu, tumpukan limbah akan menimbulkan bau tidak sedap yang menyengat terlebih saat musim penghujan tiba. Permintaan konsumen terkait olahan hewani serta industri gula terus mengalami peningkatan, yang mendorong output limbah kedua kegiatan tersebut semakin meningkat. Filter press mud merupakan salah satu limbah produksi gula dengan jumlah sangat melimpah. Begitu juga kotoran ayam broiler yang semakin banyak, berbanding lurus dengan permintaan daging ayam potong semakin tinggi di masyarakat.
       Kepedulian Universitas Negeri Malang terhadap kesehatan lingkungan, menyebabkan ketertarikan terhadap inovasi-inovasi terkait pengolahan dan pemanfaatan limbah mnjadi produk berkualitas. Pembuatan pupuk organik berbahan filter press mud dan kotoran ayam broiler merupakan inovasi baru yang dicetuskan oleh salah satu mahasiswa Universitas Negeri Malang. Rosiana Fadilatul Aini bersama dosen pembimbing yakni dr.Agung Kurniawan, M.Kes; serta Bapak Muhammad Al-Irsyad, S.K.M.,M.P.H. mengusung inovasi pemanfaatan campuran limbah filter press mud dan kotoran ayam broiler sebagai pupuk organik berkulitas.
       Proses pengomposan dilakukan dengan cara aerob serta melalui tahapan aerasi sehingga mampu meminimalisir bau selama proses berlangsung. Setelah seluruh tumpukan bahan pupuk telah matang maka dilakukan uji kualitas unsur hara. Pembuatan pupuk ini menghasilkan pupuk yang telah sesuai dengan standar baku mutu pupuk organik yang ada dalam ketetapan Menteri Pertanian. Komposisi terbaik dari inovasi ini ialah pupuk dengan campuran 70% limbah filter press mud dan 30% kotoran ayam broiler. Suksesnya penemuan ini sehingga menambah jumlah inovasi terkait solusi tumpukan limbah yang ada di lingkungan. Serta pembuatan pupuk ini dapat dikembangkan secara mandiri, sehingga kemandirian masyarakat untuk turut mengolah limbah semakin berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H