Potret Toleransi di Desa Sugihwaras Sebagai Wujud Moderasi Beragama

Desa Sugihwaras merupakan sebuah desa yang terletak di kaki gunung kelud, tepatnya di kecamatan Ngancar kabupaten Kediri provinsi Jawa Timur. Desa yang terdiri dari 3 dusun yakni Rejomulyo, Sugihwaras dan Mulyorejo yang mana mayoritas penduduknya lebih banyak berprofesi sebagai petani dan ada beberapa yang menjadi supir truk, sebagian lain bekerja di sektor pariwisata, dengan ikon wisata gunung Kelud nya, iklim di desa ini cenderung dingin karena letaknya yang berada di dataran tinggi, desa yang terletak 1731 meter diatas permukaan laut ini merupakan desa terakhir yang terletak dibawah cagar budaya alam yang dikelola oleh pemerintah daerah Jawa Timur, yakni kawasan wisata gunung Kelud. Hal yang menjadi keunikan di desa Sugihwaras yakni merupakan kawasan yang identik dengan  kuatnya toleransi antar umat  beragama, hal ini terlihat dari potret sehari hari masyarakat di desa Sugihwaras, dimana mereka saling hidup berdampingan ditengah perbedaan dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Masyarakat Desa Sugihwaras kebanyakan beragama Islam dan juga Kristen, bahkan tidak jarang dalam satu keluarga terdapat lebih dari satu kepercayaan yang di anut, dan hal tersebut tidak menjadi permasalahan dan konflik. Wujud toleransi yang sering terjadi juga dalam perayaan hari hari besar agama, seperti contoh pada saat pelaksanaan solat hari raya idul Fitri, dimana para umat non Islam ikut menjaga dan mengamankan kegiatan tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari pun masyarakat sangat menghargai kepercayaan masing-masing individu dan tetap solid dalam memakmurkan dan mensejahterakan Desa.
Desa dengan luas wilayah tidak lebih dari 1.706,575 ha dan dengan kisaran penduduk kurang lebih 3592 ini menjadi ikon nyata dari implementasi moderasi beragama, sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Demikianlah penjabaran umum tentang bagaimana wujud toleransi yang dijunjung tinggi di desa Sugihwaras sebagai acuan kampung moderasi beragama, sudah selayaknya kita tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk perpecahan dan permusuhan, akan tetapi justru menjadi penguat antar masyarakat dalam bersosial.

Oleh : Niswatul Faizah & Salma Salfa S