"If it's not safe, it's not food". Keamanan pangan merupakan hal yang krusial dalam dunia pangan. Hal tersebut menjadi tanggung jawab moral sebagai seorang ahli pangan yang memiliki "modal" terkait ilmu pangan. Safe bukan hanya sekedar aman secara cemaran (kontaminan), safe juga mencakup aspek kesehatan. Namun, tidak jarang ditemui pada kehidupan sehari-hari opini masyarakat yang keliru mengenai pangan. Sebagian besar opini tersebut sering kali mengarah kepada berita bohong atau hoax. Akan tetapi, terdapat beberapa opini yang sebenarnya dapat diluruskan melalui penjelasan secara scientific. Science behind food.Â
Media sosial menjadi salah satu sarana dalam penyampaian dan penyebaran informasi, termasuk di dalamnya informasi terkait pangan. Beberapa media sosial yang sedang trend digunakan di antaranya Instagram, TikTok, Facebook, dan WhatsApp. Berdasarkan kalangan umur; generasi baby boomers, generasi X, dan generasi Y kerap menggunakan Facebook dan WhatsApp. Sering ditemui, masyarakat dari generasi tersebut kurang concern terhadap kebenaran dari pesan yang dikirimkan. Hanya dengan satu kali tap pada pilihan forward, pesan tersebut dapat diteruskan pada orang banyak tanpa mempertimbangkan benar atau tidaknya pesan yang terkandung.Â
Berdasarkan pengalaman sewaktu mengikuti kegiatan KKN di salah satu kabupaten, terdapat selentingan pembicaraan masyarakat mengenai pertanian. Salah seorang ibu bertanya, "Mba, apakah tanaman seperti tanaman jagung yang layu jika disiram dengan minuman soda seperti C**a-C**a dapat tumbuh subur kembali?". Ketika mendengar hal tersebut, banyak dari kita yang menganggap hal itu lucu dan menertawakan pertanyaan yang dilontarkan. Namun, di lubuk hati yang terdalam saya justru merasa sedih. Raut wajah yang ditunjukkan oleh ibu yang bersangkutan ketika bertanya adalah raut serius yang membutuhkan jawaban pasti. Si ibu mengatakan bahwa ia mendapatkan informasi tersebut dari salah satu media sosial.Â
Tidak hanya dari sisi pertanian, salah satu video yang pernah viral pada masanya adalah gaungan mengenai bahaya mengonsumsi mie instan. Pernyataan berbahaya tersebut didasari pada fenomena perubahan warna mie instan menjadi biru-kehitaman ketika ditetesi oleh larutan betadine. Jika dijelaskan dari segi kimia pangan, fenomena ini terjadi karena adanya reaksi antara iodin dengan amilum pada mie instan. Mie instan yang terbuat dari tepung terigu, mengandung karbohidrat termasuk di dalamnya amilum. Sementara itu, pada betadine terkandung povidone-iodine 10%. Kompleks warna biru gelap yang terbentuk merupakan hasil dari reaksi antara amilum yang memiliki bentuk spiral mengikat iodin.Â
Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia digemparkan oleh isu bahaya dibalik penggunaan galon air minum karena ada migrasi BPA. Isu ini kerap melibatkan dua brand air minum ternama yang memiliki kemasan yang berbeda. Masyarakat cenderung bertanya-tanya apakah opini yang disampaikan oleh masing-masing brand fokus membahas masalah dampak kesehatan atau memasukkan opini terkait branding dalam menjaga nama baik mereka. Jika harus menjelajahi dunia internet, informasi general yang tersaji belum sepenuhnya menyatakan informasi yang benar dengan sumber yang tepat. Kerap ditemui beberapa buzzer yang sengaja membahas opini tersebut secara subjektif membela satu pihak, bukan objektif.
Pengembangan sebuah platform diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas masyarakat Indonesia dalam memperoleh berita pangan yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui sortasi informasi dan pendapat para ahli pangan. Dalam kurun waktu 5 tahun pertama, perancangan akan dilakukan. Platform awal yang dirancang akan menyediakan layanan searching by words masyarakat terhadap suatu kondisi dengan menggunakan beberapa keywords penting yang dikodekan. Misalnya masyarakat dapat mencari informasi, "Apakah minyak goreng curah lebih baik daripada minyak goreng kemasan?" atau "Apakah penggunaan air minum galon berbahaya?". Informasi yang disajikan akan dilengkapi berbagai ilustrasi yang menarik agar penyampaian pesan tidak monoton. Pemilihan kata (diksi) yang digunakan tidak terlalu ilmiah atau istilah ilmiah akan dilengkapi dengan penjabaran makna kata tersebut.Â
Platform AMFOODTER ini akan menggunakan sistem teknologi machine learning. Machine learning merupakan aplikasi dengan memanfaatkan artificial intelligence (AI) yang menyediakan data besar dengan sistem kinerja otomatis serta evaluasi berkelanjutan. Penggunaan AI sedang marak pada masa ini dan cukup digemari penggunaanya di berbagai kalangan umum. Setiap data yang tersimpan di 'otak' aplikasi ini, selalu diperbaharui (real time). Seiring dengan perkembangannya, platform ini diharapkan mampu menjadi sebuah wadah konsultasi pangan. Tujuan ini akan berjalan beriringan terkait pengembangan UMKM yang sedang disuarakan oleh pemerintah. Masyarakat umum khususnya pihak UMKM dapat berkonsultasi dengan ahli pangan mengenai proses, mutu, keamanan, umur simpan, dan segala hal yang berkaitan dengan produk pangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H