Mohon tunggu...
R'ainy Yusuf
R'ainy Yusuf Mohon Tunggu... -

beragam pengalaman mengantarkan ke kehidupan saat ini. ternyata harus terus belajar, belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Reuni

23 September 2012   16:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah aku memiliki seorang teman. Berpuluh tahun kami tak pernah bertemu. Hingga suatu kali dia menghubungiku lewat pesan singkat di e-mail.
"Ayo kita reuni," ajaknya.
"Oke," jawabku.
"Kapan?" tanyaku lagi.
"Terserah, aku selalu sedia," katanya lagi.
Tapi ternyata hingga kini reuni kami tak pernah terlaksana. Bukan karena rasa rindu kurang membuncah. Tetapi memang waktu tak semudah itu untuk diraih kembali. Kebersamaan yang pernah terjalin di masa lalu, rupanya hanya jadi milik masa remaja yang tak kan pernah dapat terulang lagi.
Sekarang ada seribu alasan yang memberati. Ada segudang halangan yang harus dilalui. Ada bermacam kesibukan yang tak boleh menunggu nanti.
Banyak cerita yang terpendam menanti saat dibuka bersama. Banyak pengalaman yang mengendap ingin segera dibagi bersama. Banyak kerinduan, yang menggunung menunggu ledakan dalam canda.
Tetapi hanya tersimpan rapi dalam catatan harian. Tersusun rapat di rak buku kenangan. Terukir kian jelas di album semasa sekolah yang sampulnya semakin buram.
Ah, tak mengapa temanku. Biarpun kita tak dapat bertemu, kenangan bersamamu takkan lekang oleh waktu. Kan kusimpan di sela-sela kejenuhan hari-hariku. Untuk sekali waktu kubuka sebagai bahan mengulas masa lalu.
Terimakasih atas pengalaman yang kau bagi bersamaku. Semua tentang dirimu, akan jadi pelipur hingga hari tuaku.
Biarlah pengalaman yang pernah kita alami bersama jadi bahan cerita untuk anak cucu. Agar segala kesalahan yang pernah kita perbuat jadi bahan renungan bagi mereka hingga tak terulang lagi. Dan prestasi yang pernah kita ukir, jadi lebih baik di tangan mereka hingga kian cemerlang.
Bukankah tugas kita kini hanyalah membentuk generasi terbaik yang bisa kita hasilkan?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun