Terkadang hidup ini apatis, terkadang juga terlalu terlibat dan ikut campur. Kisah persahabatan di antara derai canda dan tawa, tangis dan tersakiti, semuanya selayaknya bumbu dalam kehidupan. Kadang-kadang kita berjalan banyak yang membersamai penuh canda tawa. Kadang-kadang juga kita berjalan sendiri saja. Tak peduli dengan orang sekitar. Memaknai hidup ini terlalu apatis, tidaklah baik.Â
Terlalu peduli dengan yang terjadi di sekitar lebih-lebih juga tidak baik. Kadang-kadang kita merasa tidak perlu tahu. Kadang-kadang kita juga perlu tahu untuk mengukur.
Dunia ini terlalu lucu untuk tidak ditertawai. Semuanya tidak berjalan konstan. Yang terlalu lamban akan tertinggal. Yang tidak berjuang akan tersisih. Yang biasa saja dan terlihat tidak peduli akan diacuhkan.
Beberapa orang pernah merasakan di berbagai posisi. Pernah dielu-elukan. Pernah juga dicampakan. Pernah dipuja-puji. Pernah juga dibiarkan sendiri menanggung kehinaan. Pernah dimanfaatkan habis-habisan. Pernah juga dibuang seperti sampah seolah tidak memiliki arti.
Yang berprinsip seperti lilin menerangi di sekitarnya, akan terbakar habis. Apa lilin lengah memaknai kehadirannya? Apa lilin pernah menyesal sudah menjadi pelita cahaya di sekitarnya? Lilin yang gagal memaknai kehidupannya adalah mereka-mereka yang dipecundangi oleh kehidupan. Egosentrisme untuk memenangkan orang lain. Untuk mendahulukan orang lain. Selayaknya lilin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H