Mohon tunggu...
Rosendah DwiMaulaya
Rosendah DwiMaulaya Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor

Penulis Amatiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalan yang Lurus

7 Juni 2024   01:13 Diperbarui: 7 Juni 2024   01:16 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidayah merupakan sesuatu yang esensial dalam spiritualitas manusia. Tanpa adanya hidayah, manusia sepandai apa pun dalam mengungkap isi kandungan Al-Qur'an dan mengetahui kebenaran Al-Qur'an tidak akan sampai kepada keimanan pada Allah. Bahkan, hilangnya hidayah dalam diri seorang muslim bisa menjadikannya sebagai manusia pragmatis yang amat sekuler.

Ilmu pengetahuan sains tidak pernah netral, ia akan selalu mempertanyakan apa dan mengapa. Rasa keingintahuan yang tinggi terhadap hal-hal yang logis ini menjadikan manusia amat bergantung dengan akalnya. Berusaha mencari kebenaran tertinggi atas entinitas sesuatu. Padahal kadar Allah tidak bisa digapai dengan akal ataupun indra. Yang dapat mendekatkan kita dengan entinitas Allah hanyalah hidayah-Nya. Maka, dari itu kita senantiasa meminta pada Allah agar menunjukkan kepada kita jalan yang lurus.

 

"Guide us to the straight path"

Ya Allah tunjukilah kami ke jalan yang lurus. 

Kandungan surah Al-Fatihah ayat 6 adalah berisi permohonan kepada Allah atas ketetapan iman di jalan orang-orang shaleh terdahulu, dijauhkan dari orang yang murka dan orang yang sehat.'

Lebih lanjut, mari medalami makna tentang jalan yang lurus. Syaikh As-Sa'di rahimahullah menerangkan makna ayat ke-6 surah Al-Fatihah ini yakni tunjukilah kami dan berilah taufik kepada kami (untuk meniti) jalan yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang mengantarkan kepada keridaan Allah dan surga-Nya. Hal ini diperoleh dengan cara mengetahui kebenaran dan mengamalkannya.

Mengetahui kebenaran saja tidak cukup tanpa mengamalkan kebenarannya. Maka dari itu, agama Islam tidak hanya berhenti pada tataran konsep ataupun pemikiran saja, akan tetapi melampaui juga hal-hal praktis yang apabila diamalkan akan mewujudkan kesejahteraan umat sebagaimana Islam merupakan agama Rahmatan lil Alamin.

Adapun dalam Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim dijelaskan bahwa makna meminta petunjuk jalan yang lurus berarti meminta hidayah. Ibnu Katsir membagi kata hidayah menjadi dua yakni irsyad wa Taufiq (pembimbingan dan taufik). Sedangkan menurut Syaikh Ibnu Utsaimin hidayah terdiri dari dua juga yaitu:

  • Hidayah ilmi wa irsyad, yaitu hanya sekadar memberikan penjelasan.
  • Hidayah taufiq wa 'amal, yaitu menerima dan menjalankan syariat.

Ada dua hal dalam hal meminta petunjuk menurut Syaikh As-Sa'di rahimahullah yaitu tunjukilah kami kepada shirath dan tunjukilah di dalam shirath. Hidayah (petunjuk) kepada shirath adalah supaya tetap teguh pada ajaran Islam dan meninggalkan agama-agama selain Islam. Sedangkan hidayah di dalam shirath mencakup hidayah untuk mengamalkan seluruh cabang agama, baik secara ilmu maupun amal. Semoga kita selalu dalam rahmat hidayah dari kedua hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun