Pernah Bertahun tahun Tidak Merayakan Hari RayaÂ
Mungkin ada yang bertanya, mengapa saya begitu antusias ikut menulis tentang Hari Lebaran ? Hal ini tidak terlepas dari pengalaman pribadi kami berdua.
Melainkan karena kami sudah merasakan betapa hari hari kami lalui dengan doa dan air mata. Jangankan mikir Hari Raya, untuk makan saja tidak cukup.
Putra kami sakit tidak ada uang untuk biaya berobat.
Apalagi yang mau dirayakan? Ibarat orang yang sedang berada dalam penjara, mustahil merayakan kebebasan .Â
Begitulah kira kira hidup pribadi kami berdua pada waktu itu. Putra kami baru satu dan kami tinggal di Pasar Tanah KongsiÂ
Kami tidak bisa merayakan baik itu Hari Raya,hari Natal dan Hari Imlek. Karena untuk hidup saja kami sudah sangat prihatin.Â
Kadang kami harus berhutang untuk makan sehari sebelum menerima masukkan uang les dari para murid .
Kami membanting tulang untuk hidup kami,siang dan malam harus bekerja keras untuk menyambung kehidupan kami.Merasakan betapa sulitnya untuk  melewatkan hari demi hariÂ
Sebagai Ungkapan Rasa SyukurÂ