Pengalaman Pribadi Kami Sekeluarga
Beberapa hari yang lalu saya membaca Topik pilihan Kompasiana. Yang saya kutip intinya .
Tentang Wolbachia, inovasi yang bisa mencegah kasus DBD? Bagaimana pendapatmu mengenai penggunaan inovasi ini di Indonesia? Bagaimana pula penyebaran kasus DBD di sekitarmu saat ini? Dan pencegahan apa yang sudah dilakukan di sana? ( sumber: Kompasiana.com)
Tetapi karena saya tidak memahami seluk beluk tentang tema tersebut, tentu saja tidak berani ikut berkomentar apalagi menulis artikel untuk sesuatu yang tidak dipahami.
Pengalaman kami
Karena itu saya mencoba menulis tentang pengalaman pribadi kami sekeluarga dalam mengatasi demam berdarah. Artikel ini ditulis sebagaimana adanya dan semata mata demi kemanusiaan. Tidak ada kaitan dengan promosi dibidang apupun.. Intinya:" Pengalaman kami sekeluarga turun menurun mengatasi masalah demam Berdarah "Â
Kembali ke TopikÂ
Sejak dulu keluarga kami selalu mengunakan empedu ular  untuk menyembuhkan demam berdarah dan ternyata ampuh. Empedu ular ini kami beli di Singapore, karena toko yang menjual sudah terkenal. Tidak berani mencoba beli empedu ular sembarangan, karena taruhannya nyawa.Â
Berdasarkan pengalaman dari kakek nenek kami maka kami selalu menyimpan empedu ular yang sudah dikeringkan, sehingga tahan bertahun tahun. Asal saja disimpan ditempat kering dan bersih.
Suatu ketika kami berpergian ke Jepang. Sesampai disana suami demam tinggi dan mengigau.Dilengan tampak bintik bintik merah..Saya sangat kuatir sekali karena pada saat itu demam berdarah sedang berjangkit.
 Saya selalu membawa empedu ular dalam tas saya. Karena pengalaman kami empedu ular ini bisa menyembuhkan demam berdarah. Saya memberikan suami minum air empedu ular tersebut .Kami tidak melaporkan kepetugas Hotel karena kuatir bila dilaporkan pastilah dikarantina . Malam itu suami dapat tidur dan demamnya mulai mereda setelah minum empedu ular tersebut
Esok harinya walaupun masih belum pulih sepenuhnya tapi sudah dapat ikut rombongan tur dimana kami bergabung.
Caranya memanfaatkanÂ
Empedu ular dipotong kecil kecil Sepotong kira kira sebesar dua kali kepala korek api. Larutkan dengan air panas,sebanyak satu sendok makan. Kemudian minumkan air larutan empedu ini. Minum air yang banyak. Diminum .berturut turut sekali sehari selama 3 hariÂ
Keesokan harinya suami sudah mulai pulih dan bisa ikut tur kembali.
Pengalaman lain lagi,ketika kami berada di Jogyakarta . Seorang ibu datang sambil menangis karena anaknya kena demam berdarah . Sudah kedokter tapi belum ada kemajuan.. Dia minta tolong pada kami , karena tidak tahu kemana dapat membeli empedu ular.Â
Saya memberikan empedu ular pada ibu tersebut dan menjelaskan cara pemakaiannya. Walaupun saya beli dengan harga yang cukup mahal, tetapi saya berikan secara cuma cuma kepada wanita tersebut. Karena memang niat hati ingin menolong, bukan untuk cari keuntungan.
Ternyata setelah tiga hari berturut turut memberi empedu ular anaknya sembuh total.
Pada waktu itu kami meminta salah seorang peserta seminar yang bekerja di bidang penelitian untuk membawa empedu ular ini untuk diteliti di labor,tetapi sampai sekarang belum ada hasil penelitian tersebut.Â
Empedu ular ini kami beli di Toko obat China di Singapore. Dan setiap kali ada yang membutuhkan kami berikan secara cuma cuma. Jadi tulisan ini sama sekali bukanlah bagian dari promosi obat, melainkan semata mata ingin berbagi informasi. Siapa tahu ada manfaatnya.
Kesimpulan:
Kami tidak dapat menclaim bawa empedu ular ini paten untuk demam berdarah. Tetapi sudah berkali kali kami memanfaatkan dalam keluarga. Serta memberikan pada orang yang demam berdarah dan ternyata sembuh. Termasuk anggota keluarga sendiri. Bahkan suami sudah merasakan manfaatnya.
Apa saja zat yang terkandung dalam empedu ular ini,yang dapat mencegah atau membasmi demam berdarah , masih belum diperoleh hasil researchnya. Atau boleh jadi sudah ada tetapi justru kami yang tidak up to date mengikuti. Mengingat di Toko obat China di Singapore empedu ular ini dijual secara resmi untuk umum.Â
Sekiranya ada yang tahu, alangkah eloknya bila dapat melengkapi tulisan ini.
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini
6 Desember 2023.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H