Khususnya Bagi Yang Sudah Berkeluarga
Jauh sebelum istilah Slow Living menjadi viral, sesungguhnya kami berdua sudah sejak dulu sudah menerapkan nya. Kata Slow living ini hanya sebatas agar keren kedengarannya. Padahal maknanya adalah hidup sederhana. Â
Kami sudah menerapkan dalam perjalanan hidup kami. Bahkan setelah kami berhasil dalam usaha ,kami tetap menjalani hidup sederhana. Â
Ha ini sudah merupakan kesepakatan antara kami berdua. Tidak pernah membeli barang barang yang branded .Kalau saya punya tas atau pakaian yang branded  itu semua hadiah dari anak dan mantu saya. Karena kalau  mau beli pakaian saya biasa beli di Mangga dua atau di Tanah Abang. Sedangkan suami tidak pernah beli pakaian sendiri. Selalu saya yang belikan buat suami . Minyak wangi ngak pernah dipakai suami. Satu satu nya yang ada hanyalah sebotol minyak rambut . Tetapi kalau minyak angin ya selalu jadi favorit .. Usai mandi suami hanya butuh waktu tidak lebih dari 2 menit untuk rapikan rambutnya.
Sepatu selain yang saya belikan , adalah hadiah dari anak mantu cucu. Jas hanya dipakai dalam acara resmi.
Kalau bagi saya ke salon hampir tidak pernah. Hanya dalam  Acara wedding Aniversary ke 50 Saya mau berhias sendiri tetapi oleh mantu saya dipanggilkan perias untuk me make up. Saya tidak suka dirias seperti biasa disalon salon kecantikan, dengan alis mata dan entah apalagi namanya. .Saya hanya mau dirias se- sederhana mungkin.
Pernah suatu waktu mitra business kami Mr Suresh dari Singgapore berkunjung kediaman kami di Padang. Jadi kami mengajak mr Suresh untuk makan malam.
Lima menit setelah itu saya keluar dari dalam. dan mengatakan kita siap berangkat. Mr Surih keheran heranan katanya:" Kok cepat sekali beriasnya nyonya ..Wah,bila isteri saya, butuh waktu paling kurang satu jam baru siap untuk berdandan."
Hidup dengan gaya Slow living menghadirkan kebebasan dan kegembiraan hidup. Mengapa harus membuat hidup jadi ribet hanya untuk hal hal tak berguna?