Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengizinkan Anak Merantau

4 Juli 2022   04:45 Diperbarui: 4 Juli 2022   06:56 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam usia 17 tahun

Pada waktu usaha  sudah mulai sukses, kami mulai memikirkan kelanjutan sekolah putra pertama kami.

Putra pertama kami minta izin melanjutkan kuliah dibidang komputer, yang pada waktu itu yang terbaik berada di Amerika  Walaupun sesungguhnya merupakan impian kami sebagai orang tua tapi ada semacam peperangan batin dalam diri, mengingat usianya baru 17 tahun. 

Setelah pertimbangan matang,  kami memberi izin putra kami  untuk melanjutkan studi disana. Ia yang menghubungi pihak University dan diterima di California state University Pada usia 17 tahun yaitu di tahun 1983 Kami  melepaskan putra pertama kami untuk melanjutkan studi ke Amerika .Irman berangkat sendirian. Dapat dibayangkan bagaimana rasanya perasaan kamj sebagai orang tua.  

Awal keberangkatan Irman, kami berdua kehilangan selera makan dan suasana hati yang tidak menentu.

Tidak Memanjakan 

Pada waktu itu belum ada yang namanya WA. Karena itu hubungan komunikasi hanya sesekali mengingat biaya international call sangat mahal. 

Walaupun sangat menyayangi Irman tapi kami berdua tidak ingin memanjakannya. Untuk memiliki mobil putra kami harus berusaha sendiri dengan memberi pelajaran private sore hatinya. Dengan private les ia mengumpulkan uang untuk membeli mobil bekas yang layak pakai.

Putra pertama kami lulus Magna cum laude di bidang komputer pada 13 Juni 1987 dalam usia 21 tahun dan berhak menyandang gelar Master of Computer Science. Kami ikut menghadiri acara wisuda di kota Chico Carlifornia dan tinggal sebulan disana.

foto dikota Chico/dok pribadi
foto dikota Chico/dok pribadi
Putra kedua Irwan 

Putra kedua kami dalam usia 16 tahun melanjutkan kuliah di jurusan  Aero space di Sacramento Amerika Yang  pada waktu itu usaha kami agak mundur sehingga putra kami harus menjadi penjual parfume untuk mencukupi biayanya disana.

Sekali waktu setelah  berjualan parfume dan keluar rumah lupa mengunci sepedanya, ternyata saat usai jualan sepeda  sudah tidak ada lagi. Irwan memberi tahu tentang kejadian ini, tapi kami tidak membelikan sepeda baru agar ia mengerti dan sadar harus berhati hati .

Putri kami Irvianty

Menyusul Putri kami mendapatkan kesempatan untuk program Exchange Student. Mengambil kesempatan pertukaran siswa ditahun ke 3 SMA nya di SMA don Bosco di Kota Padang. Berangkat sendirian menuju ke Kota Michigan .Tinggal dirumah orang tua asuh  pada keluarga Amerika.

Segala sesuatu menjadi tanggung jawab orang tua asuh. Program pertukaran siswa ini dulu disponsori oleh EF Foundation di Jakarta. Syaratnya harus lulus Toefel. Singkatan dari Test Our English as a Foreign Language. Dan Putri kami lulus .

Sebagai anak asuh, wajarlah bila Putri kami ikut  melakukan pekerjaan rutin yang biasa dilakukan anak mereka. Jadi putri kami ikut mengepel lantai mencuci mobil dan sebagainya bergantian dengan putri mereka.

Sempat Shock 

Suatu saat ketika kami menelepon, yang menjawab bukan putri kami tetapi orang tua asuhnya. Yang menerangkan putri kami kecelakaan sewaktu main seluncuran dan mengalami luka sekarang sedang dirawat dokter. 

Saya begitu shock mendengar kabar tersebut, tapi untunglah tidak berapa lama kemudian putri kami mengambil telpon dan langsung berbicara pada kami. Dia mengalami luka didagunya yang cukup dalam tetapi tidak berbahaya. Rasanya ingin kami berdua terbang kesana.

Sepotong kisah lain

Salah seorang teman putri yaitu anak teman kami juga ikut pertukaran siswa Disebabkan di Indonesia  selalu dimanja orang tuanya, maka dia merasa  diperlakukan sebagai pembantu saja. Karena kalau di Indonesia  tidak pernah mengepel lantai apalagi mencuci mobil karena ada pembantu yang mengerjakan. Dia tidak kerasan lalu minta dipulangkan kembali ke Indonesia. Katanya:"Saya tidak mau jadi babu di negeri orang" Tentu saja saya tidak mau ikut campur urusan keluarga orang lain walaupun teman sendiri  

Kesimpulan:

Sebagai orang tua kita perlu tahu mana yang diutamakan Walaupun terkadang dihadapkan pada pilihan yang sulit.  Kalau maunya kita, semua anak anak tinggal bersama keluarga. Pulang sekolah makan siang dan sepanjang hari berada dirumah. Aman dan nyaman rasanya 

Tetapi kita wajib menjadikan pendidikan anak sebagai Prioritas Utama  Walaupun harus menyekolahkan anak anak jauh dari kita .Karena Pendidikan anak anak sangat menentukan kehidupan mereka kelak.

Setelah selesai pendidikan anak anak barulah dana yang tersisa kami pergunakan untuk kepentingan kami Dan traveling kemana mana tanpa terbebani Karena Kewajiban sebagai orang tua sudah kami tuntaskan.

Kami bersyukur kepada Tuhan ketiga anak anak kami mampu hidup mandiri sejak selesai kuliah. (Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, cuplikan pengalaman hidup yang diposting,sama sekali tidak untuk pamer, melainkan semata mata untuk menjadi motivasi bagi orang lain)

4 Juli 2022.

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun