Masih di Banda AcehÂ
Tulisan ini masih melanjutkan kisah perjalanan  di Banda Aceh. Kami diajak juga melihat lihat perkampungan baru di Banda Aceh Sumbangan dari China untuk penduduk yang kena imbas dari  Tsunami.
Perkampungan Persahabatan Indonesia- Tiongkok yang dikenal dengan nama perkampungan Jacky Chan. Menurut  keterangan, yang menggalang dana dan mensponsori adalah Jacky Chan. Kami ke sini bersama sahabat kami  pak Asrul Adamy dan JasmanÂ
Perkampungan ini yang menelan dana lebih kurang 75 Miliar Rupiah dibangun atas tanah seluas 22,4 hektar, dengan Masjid sekalian. Bangunan terdiri  dari 606 bangunan perumahan.
Bersama pak Asrul Adamy dan Jasman kami mengunjungi lokasi yang terletak di perbukitan Neuheun Kecamatan Masjid Raya  Aceh Besar
Pada prasasti dapat dibaca keterangan tentang kesepakatan membangun Perkampungan Persahabatan Indonesia Tiongkok ini diresmikan pada tanggal 19 Juli 2007.
Gaya Arsitektur TiongkokÂ
Begitu kami sampai dilokasi kami melihat gaya asistektur Tiongkok seperti kami lihat dibeberapa lokasi "China Town" dibeberapa negara. Ada Masjid megah di komplek perkampuingan yang diperbukitan yang  berjarak 1,5 km dari Pantai.
Pemandangan di kampung Jacky Chan | dok pribadi
Rukun dan damai
Kehidupan di kampung Jacky Chan ini menurut pak Asrul Adamy dan Jasman mereka hidup rukun walaupun terdiri dari beberapa etnis, Orang Aceh, Orang Jawa, Orang Padang dan Orang Tionghoa.
Mereka rukun satu sama lainnya tidak terjadi perselisihan.Hidup rukun dan damai di negeri "Serambi Mekah" bisa jadi contoh bagi warga lain di Indonesia.
Kesimpulan :
Kami bersyukur sudah sampai di Aceh tanpa ada sesuatu yang membuat kami was was. Semua yang kami dengar tentang warga Aceh yang tidak suka akan para pendatang ternyata tidak benar. Â Apalagi dengan adanya perumahan di perkampungan: "Jacky Chan" merupakan bukti tak terbantahkan. Selama berada disini tak seorangpun yang melihat kami berdua dengan tatapan anehÂ
Bahkan kami diterima dengan tangan terbuka dan sebagai sahabat oleh warga  Aceh. Kami juga diundang makan di rumah warga. Kami makan bersama bagaikan satu keluarga.
Serta mendapatkan oleh oleh  dari pak Haji berupa batu cincin , yang masih saya simpan hingga kini. Suatu kebahagiaan tak ternilai kami diterima dengan begitu tulus. Ternyata bila kita datang dengan niat baik dan tidak menyinggung orang , perbedaan suku dan agama serta budaya bukanlah halangan untuk menjalin hubungan persahabatan Kami sudah membuktikannya.
8 Desember 2021.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H