Dalam Perantauan di Kota  Medan
Walaupun tante dengan senang hati menerima kami sebagai bagian dari keluarga  ,tapi tentu kami harus tahu diri untuk tidak membebani tante dengan keberadaan kami .Maka saya dan suami berusaha untuk mencari pekerjaan di Medan .Tapi belum ada yang cocok bagi kami karena kami berdua sama sekali tidak menguasai bahasa MandarinÂ
Untuk sementara suami mengambil inisiatif berdagang antar Medan dan Padang dengan memanfaatkan uang tabungan kami selama bekerja di Padang Pada awalnya saya sungguh tidak tega membiarkan suami menempuh perjalanan jauh setiap minggu. Tapi suami tidak mau jadi pengangguranÂ
Dagang PermenÂ
Di  Medan kami berkenalan dengan  Abeng seorang Pengusaha  yang punya pabrik bon bon (permen) Yang menawarkan pada suami untuk membawa bob bon ke Padang karena banyak pedagang yang membeli bon bon ke.pabriknya untuk dibawa ke Sumbar .
Maka mulailah suami menjadi pelanggan dari pabrik Abeng .Membeli aneka ragam permen  dan dibawa ke Padang dengan bus ALS
Dari  Padang suami kembali membawa makanan kaleng yang di.beli dari pedagang Pekanbaru karena makanan kaleng banyak masuk dari singapore ke Pakanbaru.
Disebabkan suami orang jurusan sastra dan sama sekali  tidak pernah memiliki latar belakang bisnis Ketika suami.menjual sudah ada kelebihan dari harga beli sudah merasa senang Tidak terpikir  ongkos barang dari Medan ke Padang dan sebaliknya dari Padang ke Medan dan ongkos pengeluaran pribadi
Setelah satu bulan berdagang saya menanyakan kenapa barang yang dibawa tambah sedikit Suami tidak paham. Setelah saya pelajari ternyata suami tidak memasukkan biaya pengangkutan barang  dagangannya dan biaya pengeluaran pribadi Maka yang selama ini  dianggap untung sebenarnya rugi diongkos
Suami mencoba untuk menghitung modal ternyata sekarang hanya tinggal 1/3 lagi jadi rugi 2/3 dari modal Akhirnya setelah berunding maka kami memutuskan untuk berhenti berdagangÂ
Kerja di Pabrik Karet