Ada Kalanya Istri Harus Tegas
Setelah bertahun-tahun kami hidup melarat, akhirnya badai kehidupan itupun berlalu. Suami diajak teman baiknya untuk alih profesi, menjadi pedagang.
Bersyukur dalam waktu singkat, hidup kami berubah total. Dari melarat sudah bisa hidup nyaman, bahkan sudah punya mobil serta rumah yang memadai.Â
Karena suami biasa merasakan hidup susah dia tidak pernah merasa nyaman untuk menolak, bila seseorang teman minta bantuan padanya.
Baik itu merupakan permintaan tolong dalam hal keuangan ataupun minta dipinjami setiap kali ada yang meminjam uang, suami selalu teringat ketika kami masih melarat dulu, mau pinjam uang, tapi tidak ada yang mau meminjamkan.
Bila suami tidak memberi, malamnya tidak bisa tidur dan gelisah, karena merasa bersalah, telah menolak orang yang minta tolong. Walaupun tahu yang meminjam sering kali tidak mengembalikan pinjaman, malah berlagak tidak kenal.
Ada yang datang dengan alasan neneknya meninggal, ada juga yang datang dengan alasan istri mau melahirkan dan seterusnya. Kalau memang sungguh-sungguh membutuhkan, tentu saja, saya juga tidak keberatan, bila suami membantu mereka.
Tapi saya dapatkan informasi, bahwa neneknya sudah meninggal beberapa tahun lalu dan uang yang diberikan digunakan untuk judi. Hal ini berlanjut terus.
Bahkan pada saat usaha kami mengalami kemacetan, suami masih saja melanjutkan menjadi: "Sinterklas" Setiap kali ada teman yang datang minta bantuan pada suami.
Walaupun suami tahu bila dia bantu belum tentu teman tadi akan mengembalikan seperti biasanya, sudah dibantu tidak semua mengembalikan pinjaman tersebut.
Mengambil Alih Masalah KeuanganÂ
Karena keadaan demikian saya maju ke depan dengan saran agar seluruh masalah keuangan biar saya yang menangani. Syukur suami setuju dan sejak saat itu, semua keuangan saya yang pegang.
Dan karena tahu persis kondisi keuangan perusahaan sedang mengalami masalah besar, akibat ditipu mitra bisnis, maka saya selalu dengan tegas mengatakan: "tidak" kepada siapa saja yang mau minjam uang.