Kalau mereka datang dan mengaku belum makan, maka saya persilakan makan di warung depan kantor kami dan saya yang membayar. Tapi kalau minta uang, sorry, tidak akan saya berikan. Hingga saya dibilang: "galak" saya tidak peduli, demi menjaga agar perusahaan kami tidak hancur.Â
Karena akibat membiarkan kebocoran kecil, sebuah kapal bisa tenggelam
Berbagai Komentar MiringÂ
Banyak yang berkomentar, bahwa seharusnya sebagai istri saya tidak boleh mengambil alih, wewenang yang ada di tangan suami. Karena memegang keuangan yang seharusnya dipegang suami, tapi saya cuekin saja karena saya bukan mau kudeta, melainkan sudah berunding dengan suami.
Agar tidak menjadi beban batin bagi suami, bila menolak orang minta bantuan, maka jalan terbaik, masalah keuangan saya ambli alih.
Karena kalau suami pegang keuangan dalam kondisi keuangan yang kritis, maka masa depan perusahaan kami bisa dalam bahaya. Karena sifat suami, bila pegang uang dan ada yang minta bantuan tidak bisa menolak dan langsung diberikan.
Hal ini tidak hanya membahayakan keuangan perusahaan, tapi juga keuangan keluarga. Jadi komentar teman-teman saya abaikan saja demi kelangsungan hidup kami sekeluarga.
Dan semenjak itu sampai sekarang keuangan saya yang pegang kecuali belanja yang diberikan anak-anak kami, maka dipegang masing-masing.Â
Bagi suami tidak pernah ada masalah mengenai hal ini. Bahkan merasa bebas dari beban pikiran yang harus dipikulnya, bila di kantongnya ada uang.
Kalau boleh, hidup berumah tangga diibaratkan dengan pesawat yang sedang terbang, maka "in case of emergency", Co-Pilot wajib mengambil alih kemudi, demi untuk menyelamatkan semua penumpang.
28 Desember 2019
Salam saya,
Roselina