Lain Bengkulu, Lain Semarang
Pepatah yang sudah terkesan usang dan mungkin sudah dilupakan orang banyak :"Lain Bengkulu ,lain Semarang," yang dilanjutkan dengan kalimat :"Lain dahulu,lain pula sekarang",sesungguhnya sangat relevan untuk diaplikasikan di era mileneal ini.Â
Karena banyak hal hal yang dulu dijadikan falsafah hidup,ternyata dibelakang hari ,terbukti tidak bermanfaat,bahkan membawa dampak negatif bagi hidup orang banyak.Â
Salah satu contoh,kekeliruan dalam memaknai masa tua adalah,bahwa :"kalau sudah tua,sebaiknya banyak beristirahat" Dulu zaman saya masih kecil ,orang tua  sangat dimanja,apalagi kalau sudah jadi nenek nenek, dilarang berkerja dan disarankan agar banyak istirahat saja.
Misalnya orang sebaya nenek saya sudah tua dia tidak dibiarkan lagi cuci pakaian sendiri,ataupun menyapu halaman dan sebagainya.Bahkan baru saja nenek pegang sapu untuk menyapu rumah,ibu sudah berteriak kepada anak anak,agar jangan membiarkan nenek menyapu lantai. Nenek atau kakek, hanya untuk momong cucu dan duduk dikursi goyang sambil menghabiskan hari harinya.
 Duduk sambil terkantuk kantuk,kemudian tertidur .Maksud orang tua adalah ingin membalas budi kakek nenek yang sudah kerja keras semasa muda dan kini sudah tua ,adalah waktunya untuk banyak istirahat dan tidur tiduran.
Hal demikian membuat kakek dan nenek lebih cepat tua dari sebenarnya, karena sudah tidak bergerak badan lagi .Dalam waktu cepat,wajah menjadi keriput,gerakan semakin lamban,bahkan untuk mengangkat piring nasi sendiri,sudah gemetaran.Â
Karena lebih banyak menghabiskan hidup di kursi goyang dan jarang bersosialisasi dengan tetangga,maka  tanpa sadar ketika sesekali berbicara,suaranya akan bergetar dan tidak jelas lagi apa yang dikatakanÂ
Nenek Kami Tampil Beda
Pada waktu dulu,saya sering menemani nenek saya jalan kaki keliling kota,untuk menjual kain batik dan baju kebaya,yang dipesan dari Semarang, Banyak orang yang heran dan berkata:"Wah ,sudah tua begini,mengapa masih jualan kain?"