Sebagai seorang wanita untuk mendapatkan label sebagai "istri" akan langsung menjadi haknya seusai akad nikah. Namun, pada saat itu juga, di samping mendapatkan hak dari pernikahannya, seorang istri harus menyadari kalau dirinya memikul beban moral.
Kalau ada ucapan istri adalah "Ratu" dalam rumah tangga dan sebagainya, tentu saja tidak ada salahnya, namun tidak mengurangi kewajiban yang harus dijalaninya sebagai wanita yang mendampingi suaminya seumur hidup/
Dalam kondisi keadaan ekonomi lancar, maka tidak ada masalah sama sekali. Akan tetapi di saat saat, menghadapi berbagai problema kehidupan, termasuk kondisi ekonomi yang mengalami kemerosotan maka justru dituntut rasa tanggung jawab yang berat.
Mengubah sesuatu dari hidup berkekurangan, menjadi semakin baik, sama sekali tidak ada masalah. Namun ada kalanya, justru yang terjadi adalah sebaliknya, yakni hidup yang tadinya serba  berkecukupan mendadak harus mengalami perubahan total.
Masa masa seperti ini sungguh merupakan masa yang teramat berat. Kalau biasa setiap weekend makan malam bersama keluarga di restoran atau bahkan berwisata keluar kota, kini harus dihentikan secara total.
Traveling yang dulu dilakukan setiap liburan akhir tahun, kini sudah tidak lagi mungkin dilakukan. Bahkan sebagai isteri harus berhemat untuk pengeluaran yang tidak perlu.
Misalnya, kalau kita ke pesta atau perayaan apa saja, semuanya perlu dipersiapkan. Semuanya harus kita kakulasi dulu apa apa yang akan kita bayar dan memperhitungkan semua pengeluaran. Hal yang sebelumnya, mungkin sama sekali tidak terpikirkan.
Menggubah Gaya HidupÂ
Suatu hari  anak teman akrab kami  mau menikah, dia mengundang kami dan teman teman lain untuk hadir pada perayaan tersebut.
Karena teman itu tinggal di kota lain yang berjarak kira-kira 3 jam perjalanan dari tempat kami, maka kami berunding dengan teman-teman lainnya .
Maka diputuskanlah berangkat pagi pagi sekali dan pulang agak malam, karena pestanya sore jam 5 sore.
Pagi-pagi sekali rombongan berangkat menuju kota di mana teman mengadakan pesta. Semua siap untuk merayakan pesta teman tersebut.
Sejak dari awal keberangkatan  dan selama pesta pernikahan, tidak ada masalah sama sekali. Bahkan kami semua larut dalam kegembiraan.
Setelah usai pesta maka rombongan akan menuju pulang kembali, ternyata salah seorang teman kami, sebut saja nama Leni merasa keberatan untuk pulang karena dirinya agak gemuk dari pada yang lain, dia mengatakan letih untuk kembali hari ini juga, jadi dia tinggal istirahat dulu di hotel baru kemudian pulang kembali
Mengeluh Pengeluaran Besar
Sesudah tiga hari baru Leni kembali dari kota tersebut,menginap tiga malam dengan yang biayanya 250 dolar per malam itu. Total 750 dolar bisa buat belanja dapur selama dua minggu. Namun, setiap orang tentu berhak mengunakan uang pribadinya, sesuai dengan kemauannya.
Selang seminggu kemudian, ketika kami ketemu lagi, Leni mengeluh bahwa biaya ntuk memenuhi undangan pernikahan saja total ia menghabiskan dana lebih dari 1000 dolar. Sejak dari mulai mengisi BBM pulang pergi dan biaya tinggal dihotel selama tiga malam.Padahal kondisi ekonominya,hanya pas pasan.
Sebagai seorang teman, saya hanya dapat menceritakan kepada Leni, bagaimana saya mengelola keuangan, ketika suami sudah bukan lagi pengusaha.
Memang pada awalnya sangat berat, karena sudah terbiasa, setiap weekend, kami mengundang teman teman makan malam dirumah kami atau kami yang keluar kota untuk menginap di salah satu hotel,hanya untuk refreshing bersama keluarga.
Namun sejak suami tidak lagi aktif berusaha,maka seluruh acara makan malam bersama dan setiap akhir pekan keluar kota,kami hentikan secara total.
Bahkan pengeluaran untuk biaya dapur,diatur sedemikian rupa,sehingga dapat berhemat. Karena ,kalau pemasukan sudah  menurun,maka satu satunya cara mengatasinya adalah hidup berhemat.
Pada awalnya terasa amat berat,tapi setelah menjalaninya selama satu dua bulan,maka kita akan sudah terbiasa.Untuk mengelola keuangan keluarga,tidak perlu memakai jasa akuntan,cukup dengan gaya dan cara kita untuk mengatasinya.Yang penting harus disiplin diri dan tidak gengsi gengsian.
***
19 Oktober 2018.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H