Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Istri Hendaknya Bersikap Arif Bila Penghasilannya Melebihi Suami

10 April 2018   06:17 Diperbarui: 10 April 2018   09:26 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.amazonswatchmagazine.com

Dalam kehidupan rumah tangga biasanya   berpenghasilan suami  dimanfaatkan untuk  membiayai kebutuhan hidup  keluarga,Sedangkan  Isteri hanya berusaha mencari tambahan penghasilan,supaya  kehidupan keluarga  lebih memadai . Tapi tidak tertutup kemungkinan Isteri berpenghasilan lebih dibandingkan suami. Misalnya ada keluarga dimana isteri jadi Pimpinan sebuah Bank sedangkan suami hanya pegawai biasa saja.Hal tersebutmerupakan suatu hal yang  patut disyukuri,karena isteri bisa  menopang kehidupan keluarga.

Tetapi bilamana istri tidak mampu bersikap arif dalam kondisi  ini.maka hal yang seharusnya merupakan nilai tambah dalam kehidupan keluarga,dapat berbalik menjadi boomerang yang merusak keharmonisan rumah tangga.

Terjadi kesenjangan dalam kehidupan berkeluarga

Misalnya , suami seorang pimpinan perusahaan dan karena berbagai masalah, perusahaan mengalami kerugian ,maka dengan sendirinya penghasilan suami menurun secara dratis .Dalam kondisi  yang tidak menguntungkan ini,maka seorang suami akan menjadi sangat sensitive dan mudah tersinggung,

Maka dalam situasi seperti ini,  istri yang kebetulan memiliki penghasilan sendiri dalam jumlah yang cukup besar,dituntut untuk mampu menengang rasa,agar suami tidak merasa disepelekan.Karena bila  disaat seperti ini,  isteri menjadi angkuh dan mau menang sendiri,karena merasa kehidupan rumah tangga adalah atas penghasilannya, dapat menjadi pemicu , terjadi   kehilangan keharmonisan kehidupan berkeluarga.Sehingga  apa yang seharusnya merupakan  hal yang menggembirakan,berbalik menjadi  penyebab rusaknya keharmonisan dalam berumah tangga

Sekilas Berbagi Pengalaman Pribadi

Ketika kami pindah dari Padang keJakarta ,semua usaha ditinggal ,karena kondisi di Jakarta,tidak memungkinkan bagi suami untuk melanjutkan usaha dibidang yang sama di Jakarta. Maka suamipun membuka usaha baru yang belum pernah dilakukan di Padang yaitu usaha sebagai Leveransir Barang Barang Stationary.

Mengisi perbekalan  di proyek industry di daerah  Cikarang .Dengan demikian penghasilan suami menurun dibandingkan sewaktu di Padang. Saya mencari pekerjaan dan  berhasil  mendapatkan  perkerjaan sebagai Financial Consultant dibidang assuransi.Penghasilan saya setiap bulan, bila dibandingkan dengan suami jauh lebih tinggi

Namun saya tidak pernah membangga  banggakan penghasilan saya kepada suami,kecuali kalau ditanya. Yang ada adalah rasa syukur,bahwa di kota besar seperti Jakarta ini,ternyata dengan kerja keras,  saya  bisa membantu suami untuk menunjang kehidupan keluarga.Karena pada waktu itu,anak kami yang bungsu masih study di Seatle -Amerika Serikat dan kemudian melanjutkan  studinya ke Australia.Sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar.

Berbahagia Dengan Pencapaian,Tapi Tetap Mampu Menjaga Perasaan Pasangan Hidup Kita

Dengan belajar dan bekerja keras, secara berturut turut,saya berhasil mencapai  Predikat Champion Honour diperusahaan Asuransi dimana saya bekerja.Sehingga saya berhak untuk membawa  pendamping,ikut tour ke Beijing,Shanghai dan ke Australia. Karena saya sudah bertekad,tidak akan berangkat seorang diri,maka saya kerja keras selama bertahun tahun dan berhasil.

Berturut-turut 3 x mendapat champion Honour sehingga saya bisa berpergian dengan suami tiga kali tanpa membayar satu senpun karena dibiayai oleh perusahaan..Kami nikmati perjalanan gratis ini bersama sama dan tak sekali jua saya mengedepankan,bahwa  semuanya ini berkat usaha saya.

Saya mengejar champion honor,karena kalau hanya champion,maka saya hanya dibolehkan ikut sendiri tanpa pendamping saya.Hal tersebut tidak enak bagi saya,untuk berpegian sendiri sedangkan suami tinggal.maka saya usahakan  mendapatkan champion honor  sehingga saya bisa  berpegian dengan suami 

Yang Penting Saya Senang

Tapi ada juga teman yang sesudah mendapat champion tidak berusaha untuk mendapatkan champion Honor,ketika saya tanyakan kenapa tidak giat untuk hal tersebut,dijawab kenapa mesti susah-susah,kalau kita sudah dapat champion ya sudah cukup.Suami tidak keberatan bila ia pergi sendiri tanpa suami. Tentu saja hal ini adalah urusan rumah tangga orang,yang tidak boleh dicampuri oleh orang lain.

Tetapi akibatnya, karena merasa diberikan kebebasan oleh suami,cukup banyak wanita yang lupa diri,sehingga berakhir dengan rusaknya  keharmonisan rumah tangga,bahkan terputus sama sekali.

Semoga tulisan ini  ada manfaatnya,terutama bagi kaum wanita yang penghasilan dan fasilitas yang diperolehnya melebihi suami. Jangan sampai hal yang sesungguhnya patut disyukuri,justru menjadi penyebab hancurnya rumah tangga

Perth, 10 April,2018

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun