Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mempersiapkan Hari Tua Bukan Hanya Tugas Suami

1 Desember 2017   05:37 Diperbarui: 1 Desember 2017   10:11 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                               httpsdepositphotos.com  

Kenapa harus mempersiapkan hari tua ? Bukankah dihari tua kelak akan  dipelihara oleh anak-anak yang telah kita sekolahkan ,serta memberikan kehidupan yang layak buat mereka?

Nah disinilah letaknya kesalah pahaman banyak orang tua,sejak dulu dan masih berlanjut hingga kini. Masih banyak orang tua,yang berpikir,bahwa  sekarang  menyekolahkan anak anak, sampai selesai,maka kelak ,bila mereka sudah  jadi orang,maka kewajiban merekalah untuk nanti memelihara orang tuanya .Yakni bila telah menua dan tidak lagi mampu bekerja.,maka tugas anak anaklah yang harus memelihara mereka.

banyak Berharap ,Banyak Yang Akan Kecewa

Ternyata ,ketika anak anak sudah  lulus dengan predikat terbaik,bahkan sudah bekerja  dan sudah mampan,namun ternyata tidak semuanya seperti yang dibayangkan orang tua. Apalagi bilamana mereka sudah berkeluarga,sehingga seluruh waktunya fokus pada keluarga masing masing.

Sebagai tanda bakti terhadap orang tuanya,mereka menganggap dengan memberi sejumlah uang,maka kewajiban mereka sebagai anak,sudah terpenuhi .Boleh jadi,saking sibuknya mereka,sehingga tidak ada waktu untuk mengurus orang tua.Bahkan bilamana,kehidupan anak anak pas pasan,bisa jadi untuk mengirimkan uang kepada orang tua,juga tidak dapat mereka lakukan.

Persiapkan Masa Tua Mandiri

Maka sebaiknya kita mempersiapkan hari tua ,sebelum terlambat.Sisihkan sejumlah uang untuk hari tua dan jangan digunakan bila tidak penting sekali ,karena siapa tahu,dikaruniai umur panjang dan kita memerlukan dana untuk kelangsungan hidup .

Kalau kita tidak serumah dengan anak  ,  bisa datang kapan saja tanpa takut diteriaki cucu kita"Pa,ma itu kakek nenek datang lagi minta uang",karena tidak pernah meminta uang pada anak apalagi didepan cucu .

Persiapan yang mantap

Untuk persiapan yang mantap memang sebagai Kepala Keluarga,tanggung jawab utama ada pada suami.Namun bukanlah berarti,sebagai istri kita hanya menjadi penonton saja,melainkan sebaiknya ikut berperan secara aktif. Disinilah peran istri dibutuhkan,untuk memanfaatkan pemakaian uang sehemat mungkin. Mengelola keuangan keluarga,tentu diperlukan peran dari istri. Terutama dalam mengatur kebutuhan sehari harian.

Isteri harus arif dalam mengelolah  uang supaya tidak terpakai persiapan dihari tua. Untuk mengatur ekonomi keluarga,tidak perlu kita memiliki latar belakang pembukuan.Cukup dengan mencatat semua pengeluaran sehari harian . Kemudian,setiap bulan sekali.melakukan evaluasi.

Mana barang barang,yang sudah dibeli,ternyata tidak dimanfaatkan ,agar jangan lagi dibeli.Sementara itu,bilamana ada barang barang yang masih layak pakai,hindari pemborosan dengan membeli yang baru. Tidak sulit mengaturnya,hanya dibutuhkan disiplin diri dan mampu menahan diri,untuk hanya membeli barang yang dibutuhkan. Hindari membeli barang,hanya karena kita senang memilikinya,padahal kegunaannya tidak jelas.Apalagi sampai membeli barang barang,hanya karena tidak ingin kalah gengsi dari tetangga.

Kebiasaan

Kalau sewaktu suami jadi Pejabat atau Pengusaha. sudah menjadi kebiasaan mentraktir teman-teman makan direstoran.Akan tetapi,ketika  sudah memasuki usia pensiun ,perlu mengubah kebiasaan mentraktir teman-teman.Karena pemasukan keuangan sudah berbeda total. Sekali lagi disini ,peran dari seorang istri,dituntut untuk dapat mendisiplin diri dan memahami,bahwa sudah waktunya untuk memperhitungkan,setiap pengeluaran.Apalagi bila hanya sebatas hobi makan makan direstoran bersama teman teman,tentu harus dihentikan.Dimasa masa seperti ini,perlu saling mengingatkan antara suami dan istri,demi untuk dapat meraih masa tua yang mandiri.

Curhat

Seorang teman yang sudah pensiun curhat pada saya,isterinya tidak peduli,karena ketika dia masih pejabat sering mengundang teman-teman makan dirumahnya .Sekarangpun sang isteri tetap melakukan kebiasaan tersebut .Biarpun sudah dinasihati ,supaya jangan lagi melakukan kerena sekarang uang masuk tidak ada lagi.Namun istrinya menjawab ,bahwa urusan keuangan adalah urusan suami.Urusan istri,hanyalah mengurus urusan rumah tangga.Tapi ,karena merupakan urusan rumah tangga orang,tentu tidak mungkin bagi saya,untuk ikut mencampuri.

Kuncinya Adalah  Saling Memahami

Saling mengerti dan saling memahami,adalah kunci untuk dapat berhasil menjadikan rencana masa tua yang mandiri dalam hal keuangan dan kesehatan,menjadi sebuah kenyataan. Karena sepintar apapun seorang suami,tidak mungkin dapat mengatur semuanya. Sebagai pasangan hidup,seorang  isteri harus coba mengerti keadaan suami yang sudah pensiun.Karena pensiun,berarti pemasukan uang ,sudah tidak mungkin lagi sebagaimana ketika masih aktif bekerja atau berbisnis.

Menjadi orang tua yang mandiri,merupakan sebuah kebebasan diri bagi kita. Tidak perlu menunggu pemberian,baru bisa bergerak.Dengan keuangan mandiri,kita bebas mau kemanapun pergi.Dan bila ternyata anak anak sangat peduli kepada kita,seperti yang kami alami,tentu merupakan sebuah bonus,yang patut disyukuri. Setiap bulan ,tanpa pernah diminta, anak anak tidak lupa mengirimkan kami sejumlah uang .Hal ini ,disamping merupakan keberuntugan bagi kami berdua,juga tidak terlepas dari cara kami mendidik mereka dengan penuh kasih sayang.

Semoga ada manfaatnya bagi orang banyak.

,

Burns Beach, 1 Desember 2017.

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun