Hindarilah Sikap Yang Dapat Membuat Suami Semakin Terpuruk
Sewaktu kami baru menikah, kami berunding, apa rencana kami kedepannya dan sepakat mengambil keputusan mau berusaha untuk mandiri. Kalau kami masih terus tinggal bersama orang tua,maka selamanya kami akan menjadi beban ,walaupun orang tua sama sekal tidak keberatan, Karena itu,kami memutuskan untuk meninggalkan kota Padang dan pindah ke Medan
Di Medan ada bibi saya yang tinggal dijalan Gandi ,Simpang Asia,yang sudah lama meminta kami tinggal bersama,mengingat suaminya sering bertugas diluar negeri sebagai Sinshe. Sehingga bibi kami selama ini tinggal bersama puttra dan putrinya yang masih kecil.Diharapkan dengan kami tinggal bersama,ada yang menemani ..Mula pertama sampai di Medan kami menetap dirumah bibi saya yang suaminya orang Malaysia dan sering tidak berada ditempat.
Berjualan Pulang pergi Padang dan Medan.
Pertama tama suami saya mencoba berdagang .Dari Medan membeli permen,yang di Medan namanya:”bon bon “ yang banyak pabriknya di Medan dan membawa ke Padang,Kembali dari Padang suami membawa makanan kaleng yang sebagian besar berasal dari Pekanbaru.
Sesungguhnya saya tidak tega ,menengok suami harus menempuh perjalanan jauh, dari Medan ke Padang ,yang sekali jalan pada waktu itu bisa sampai 20 jam.Apalagi situasi keamanan, sangat buruk pada masa itu . Disamping harus melalui jembatan putus, yang hanya diganti dengan pohon kelapa yang ditebang, Jelas hal ini beresiko tinggi untuk dilalui bus ,yang beratnya berton ton.
Namun, karena pada waktu itu,satu satunya usaha yang tampak hanyalah itu,maka dengan berat hati saya mengizinkan suami dagang pulang pergi Medan – Padang bolak balik.
Modal Pinjaman
Suami saya bermodalkan hadiah dari bekas bos kami sewaktu bekerja di Padang ,dia memberi santunan sewaktu kami menikah yang mana dijadikan modal dagang oleh suami saya. Ditambah pinjaman dari bibi.Maka mulailah suami berdagang ,tapi karena belum berpengalaman, suami saya lupa untuk menambahkan biaya perjalanan . tidak pernah menambahkan biaya perjalanan dan ongkos barang. Sehingga merasa terus dagangnya beruntung, padahal sesungguhnya terus merugi.
Karenarugi akirnya modalpun habis .
Karena tidak dihitung terus merugi,akibat biaya transportasi tidak dikalkulasikan sebagai modal barang dagangan, akibatnya terus merugi.. Baru sadar ketika kami menghitung stock opname , yakni menghitung sisa stock barang dan utang yang belum dibayar,ternyata bila seluruh modal dikumpulkna,tidak cukup untuk dapat melunaskan utang di paberi permen,.Belum lagi pinjaman kami pada bibi.