Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memberi Nasihat Jangan Berlebihan Akibat Bisa Fatal

5 Mei 2016   07:18 Diperbarui: 5 Mei 2016   08:22 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jatuh ketika turun tangga (shutterstock)

Adalah wajar, bila orangtua selalu memperhatikan keadaan anak-anaknya. Tapi bila perhatian itu terlalu berlebih, terutama dalam hal memberikan nasihat nasihat yang disampaikan secara tidak tepat,  akan  dapat membawa dampak yang negatif.

Misalnya seorang ibu melihat anaknya memanjat pohon dia lalu bertriak memperingatianaknya. “Awas, hati-hati nanti jatuh” kata-kata ini diucapkan, tentu saja dengan maksud baik, yakni agar anaknya jangan sampaimengalami  kecelakaan.Atau anak kecil ketiga turun tangga di teriaki ibunya “awas nanti jatuh” Tapi secara tanpa sadar, kata kata yang sering diulangi, seperti. kata'” jatuh” tadi ditangkap alam bawah sadar dan terjadilah seperti yang dikuatirkan.

 Mengapa bisa terjadi seperti itu? Karena dalam diri setiap manusia ada kekuatan yang tersembunyi, yang dikenal dengan nama alam bawah sadar. Yang merekam setiap kata kerja dan memprosesnya untuk menjadi sebuah realita.

Jadi sebaiknya kalau mau menasihati kita harus hati-hati dengan kata-kata kita. Untuk menasihati, cukup diucapkan  “Awas, hati-hati “ jadi setiap kita mau memberi nasihat dipikirkan dulu kata-kata yang akan kita ucapkan. Jangan dilanjutkan :” nanti jatuh atau nanti tabrakan”

Demikian juga kadang kala sang ibu menasihati anaknya yang sedang mengupas mangga dengan pisau”Hati-hati nanti kamu luka” maka kata kata luka ini yang tertangkap alam bawah sadar  yang mengakibatkan anak tersebut luka.

Begitu juga dalam keluarga, suami isteri kadang kala terjadi hal hal yang sepele mengakibatkan fatal Karena suami sering berpergian dengan seketaris, maka isteri berpikir: ”- jangan -jangan suami saya selingkuh,.”Karena begitu  sering diucapkan kata-kata “selingkuh“ walaupun hanya di dalam hati, akirnya sang suami benar-benar berselingkuh. Kalimat-kalimat yang diucapkan berulang ulang kali, secara tanpa sadar akan menjadi doa yang negatif.

Contoh lain 

Sang ibu yang melihat kelakuan anaknya yang bandel, lalu berkata”Kalau begini terus, muntah darah saya” karena kata-kata ini berulang ulang diucapkan maka suatu waktu, apa yang diucapkannya  terjadi dan  sang ibu benar-benarmuntah darah.

Demikian juga seorang ayah karena marah melihat kenakalan anaknya tanpa sadar dia mengutuk anaknya agar anaknya mati ketabrak kendaraan, akirnya sang anakbenar-benar mati ketabrak motor. Baru menyesal setelah kejadian, Oleh karena itu, kita harus benar-benar berpikir dulu sebelum mengucapkan kata-kata kita, karena menyesal kemudian tidak ada gunanya.

Tulisan ini bukanlah hasil penelitian ilmia, melainkan hasil dari pengalaman kami keliling Indonesia selama 15 tahun. Mengunjungi banyak orang dan mengumpulkan data-data . Kebanyakan mereka mengucapkan kata-kata asal asalan saja tampa pikir akibatnya. Yang akan disesalkan kemudian setelah sadarakan kekeliruan. Dari data data inilah ,saya tuliskan artikel ini. Percaya atau tidak, namun hal ini sudah berkali kali terbukti terjadi.

Tidak ada salahnya bila sejak kini kedepan, kita membiasakan diri untuk senantiasa mengunakan kata kata yang postif, baik terhadap anggota keluarga kita,maupun terhadap orang lain.

Wollongong, 5 Mei 2016 .

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun