Mohon tunggu...
Money

Menghitung Kocek Nahkoda Ketek

21 Juni 2016   14:27 Diperbarui: 21 Juni 2016   14:44 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu 18 Juni 2016, minggu kedua di bulan Ramadan tahun ini, pukul 13:00 tepian sungai Musi. Seharusnya matahari  sudah menyengat kulit, berbeda seperti biasanya , hari ini mendung menyelimuti kota Palembang lumayan membantu dikala berpuasa harus beraktivitas di luar, sempat rintik dipagi hari. Tepian sungai Musi sudah nampak ramai dengan perahu ketek (perahu kayu dengan mesin) berbaris rapih, menunggu para penumpang menyebrang ke Ulu atau berlibur ke pulau Kemaro.

Aktifita dermaga mulai ramai, satu perahu ketek  nampak menurunkan penumpang, banyak juga penumpak ketek itu, terhitung sudah sepuluh orang  berlalu melewatiku. Mereka rata-rata memanggul tas besar, ada yang menenteng kardus mie dan menggendong ransel. Sepertinya transmigran entah dari mana takku tanyakan.

Hanya dermaga kecil tempat para perahu ketek parkir berbaris, mengantri penumpang meminta disebrangkan. Dermaga besi dengan pembatas seperti pipa paralon berukuran sedang membingkai penghubung dermaga dengan tepian.

Lantai dermaga menyerupai lembaran triplek tebal bercat  orange terlihat hampir habis mengelupas di sana sini, meninggalkan hitam besi tua. Bermotif timbul seperti irisan cabai diiris serong bila disentuh.

Lama aku berdiri di dermaga, tiba-tiba Lelaki berusia 40 tahun nahkoda perahu ketek baru saja menyeberangkan penumpang ketek di sungai Musi. Ketek berhenti. Lalu, dia berkaos lusuh menutupi tubuh kurus  turun dari kapal, jeans telah pudar menutupi bawah pusat sampai mata kaki, tak lupa topi yang bertengger di kepala pelindung saat panasnya Kota Palembang, (ketek) menambatkan tali di dermaga menghampiri. “ Nak kemano yuk?  Nak ke pulau kemarau kami antar, ” katanya menawarkan sewa ketek dengan dialek khas Melayu Palembang.

Tidak hanya sebagai alat transportasi, perahu ketek  yang berukuran lebih besar, dijadikan tempat berjualan makanan kahs Palembang. Seperti pempek, tekwan, model, mie celor, pindang dan masih banyak lagi.

Musi telah lama menjadi bagian dari  pilar ekonomi  pusat kota. Tak hanya ketek yang hilir mudik mengantar wisatawan berlibur, warung-warung goyang yang menjajahkan makanan tradisional khas Palembang beraneka ragam, bisa bersaing dengan kafe-kafe di pelataran Benteng Kuto Bseak, ikut meramaikan dengan pilihan makanan seperti KFC, J.CO dan fash food lainnya.

Sejenak terjadi tawar menawar antara aku dengan pria yang mengenalkan diri dengan nama Jali.  Tak lama, harga pun disepakati. 200 ratus ribu rupiah per perahu ketek, memuat lima belas penumpang maksimal, pulang pergi dengan tujuan favorit Pulau Kemaro,  “ Duo ratus yuk bolak-balik,  ” jawabnya.

Tariff antara perahu ketek berbeda, menyesuaikan muatan perahu ketek dan hari apa saat anda menumpang, untuk perahu ketek ukuran kecil dengan muatan lima sampai delapan orang dibandrol Rp. 150.000 per perahu ketek pulang-pergi, di hari biasa. Saat hari libur nasional, hari raya keagamaan dan perayaan besar seperti di tahun-tahun lalu saat penyelenggaraan even. Sumsel tercatat sebagai  tuan rumah penyelenggaraan ISG (Islamic Society Games) 22 September – 01 Oktober 2013, AUG (ASEAN Univercity Games) 09 Desember – 19 Desember 2014 tariff dibanrol RP.100.000 – Rp. 200.000 per orang pulang-pergi.

Untuk perahu ketek berukuran lebih besar atau sedang, memuat sepuluh sampai lima belas orang Rp. 200.000 per perahu ketek, di hari biasa dan serupa halnya dengan perahu ketek kecil yang menaikan tariff saat hari libur nasional, hari raya keagamaan serta even-even besar Sea Games, Islamic Solidarity Games (ISG) dan ASEAN Univercity Games (AUG), tarifnya sama dengan perahu ketek kecil yang menghitung per orang  RP.100.000 – Rp. 200.000 pulang-pergi.

Saat event event besar itulah, rupiah dapat mengalir ke kocek pemiliki ketek. Biasanya di hari biasa perolehan didapat hanya sedikit dikarenakan sepi penumpang, sedangkan di hari besar atau ada even, penumpang tidak hanya masyarakat Palembang, peyelengaraan even tersebut seolah menyerap wisatawan dari luar daerah bahkan luar negeri untuk berkunjung ke Palembang, sekedar menyaksikan even terselenggara sembari menikmati wisata di Palembang sebut saja ke Pulau Kemaro wisata ini lah membuat para nahkoda perahu ketek beruntung besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun