Keluarga itu selalu saja jadi berita.
Ada jejak dan Langkah menjadi prasasti di sana.
catatan  hormoni dengan sesama,
hewan, pepohonan juga alam semesta.
Apakah anakmu sekadar hak guna bagimu?
Kau dampingi dengan rasa syukur dan kasih sayang
Agar pikiran dan raganya kembara kemana saja
terus mencari tuk mengenal diri yang sejati.
Seperti liarnya pikiran dan tubuhmu menyelusup di belantara
berbersih dari kebusukan dan kemunafikan
demi sebuah nilai hakiki kemanusian dan keTuhanan.
Atau dia hak milik yang bebas kau bentuk dan kaupagari tiap sisinya.
Demi ambisi cita cita mu yang kau estafetkan?
pembayar hutang-hutang sejarah dan Langkah-langkahmu yang kandas?
Mungkin bisa keduanya.
Tetapi pada senyum anak-anak itu kuliihat puisi
tertata rapi dalam efoni yang berirama.
di sana terpancar cahaya pada lima prisma,
selalu saja terus menerus memunculkan makna yang berbeda.
apakah kau masih buta tuk melihatnya?
(al fakir)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H