Mohon tunggu...
Rose putih
Rose putih Mohon Tunggu... Lainnya - pembelajar

Laki-laki yang mencoba menjadi pembelajar dengan terus belajar apa saja dan menulis yang diminati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Mudik di Beranda Rumah Ayah

5 April 2024   05:37 Diperbarui: 5 April 2024   05:56 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rumah udik (dokpri)

Di rumah itu aku kembali mudik,
setelah lelah menyusuri belantara kota, gedung-gedung nafsu,
lorong keinginan, dan labirin pikiran tak berujung.
Di pojok halamannya kupercikan kembali bening air padasan
bikinan kakek yang diisi setiap pagi dari sumur di belakang rumah.

Di pojok beranda: bentik, dakon, kelereng dan ketapel masa kecilku memandangku curiga.
Ah, Aroma tembakau tercium kembali dari hisapan rokok ayah
yang dulu selalu saja menghisap kesedihan dan kekhawatiran kami
sambil duduk bersandar di amben teras rumah sehabis kerja seharian di sawah.
Kesiur aroma sirih meluncur dari bibir ibu sambil tak jemu menyapu
pada pringgitan dan kamar-kamar jiwa anak-anaknya

Aku pun bergegas menuju kamar membaca kembali sisa-sisa mimpi yang tertinggal,
catatan-catatan kakek dan bapak yang masih tersisa
Barangkali bisa kuteruskan mencatat lagi embun yang jarang turun.
sebab kini, di metropol, angin semakin menipis, dedaunan dan tanaman hanya hiasan
menutupi bopeng-bopeng yang semakin melebar dan menjalar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun