Â
Menyaksikan satu keluarga duduk bersama di meja makan di sebuah restoran tanpa berkomunikasi, bukanlah hal yang aneh lagi.
Masing-masing asyik bermain dengan gadgetnya. Si ayah sibuk chatting dengan rekan bisnisnya, si ibu asyik dengan medsosnya, si anak asyik dengan gamesnya. Bahkan si bayipun asyik dengan tontonan youtube sambil disuapi si suster.
Komunikasi terlupakan karena ada mainan yg mengasyikkan. Meja makan hanyalah tempat untuk menikmati makanan tanpa suara. Gaya hidup modern seperti ini di mana teknologi menjadi mainan yang mengasyikkan ternyata membawa dampak negatif dalam hubungan sebuah keluarga.
Komunikasi antar anggota keluarga tidak berjalan.
Pemandangan ini sungguh jauh berbeda dengan masa di mana saya dibesarkan.
Pada waktu itu belum ada pilihan program TV, tidak ada permainan lain selain main kelereng, galasin, lompat tali, main benteng. Interaksi antara anggota keluarga, lingkungan dan teman sebaya sangatlah akrab.
Di dalam keluarga, hanya ayah yang bekerja. Sedangkan ibu, seorang ibu rumah tangga yang fokus mengurusi anak-anaknya.
Gaya hidup kesederhanaan dan kebersamaan selalu diterapkan dalam keluarga. Kami wajib makan bersama di meja makan dan berkomunikasi satu sama lain.
Kami pun mendapat tugas masing-masing seperti membersihkan meja, menyapu lantai sampai mencuci piring.
