Mohon tunggu...
Rosdiana
Rosdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya Rosdiana Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Ban Kapten "OneLove" Menjadi Kontroversi Piala Dunia 2022

1 Desember 2022   17:38 Diperbarui: 1 Desember 2022   17:42 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perhelatan pesta sepak bola paling bergengsi di dunia sudah dimulai. Presiden FIFA, Gianni Infantino, meminta kepada negara yang berpartisipasi agar tetap fokus kepada ajang yang bergengsi ini. Tetapi permintaan itu nampaknya tidak diindahi secara mulus. Hal itu dikarenakan adanya ancaman sanksi terhadap pemain yang mengenakan ban kapten "OneLove" selama pertandingan.

Alasan dilarangnya ban kapten "OneLove" berkaitan dengan budaya yang telah ada di Qatar tentang bagaimana negara mereka menentang praktek LGBT atas pasangan sesama jenis.

Ternyata ada sebanyak 7 negara yang menentang kebijakan tentang dilarangnya penggunaan ban "OneLove" karena dinilai membatasi hak asasi manusia dalam bersuara.

Jerman adalah salah satu negara yang melakukan sedikit pergerakan terhadap larangan tersebut. Jerman pada pertandingan melawan Jepang melakukan gestur menutup mulut mereka dengan membawa pesan bahwa FIFA telah membatasi negara-negara yang membawa isu-isu tertentu dalam Piala Dunia.

Dilansir dari cnnindonesia.com, Inggris semula jadi tim pertama yang akan bertanding dengan Harry Kane memakai ban kapten pelangi saat bersua Iran pada Senin (21/11). Namun beragam ancaman sanksi yang mengancam membuat Kane urung bermain dengan ban kapten pelangi melingkar di lengannya.

Fahrul Hidayat, sebagai Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 7, memberikan tanggapan terkait isu seputar dilarangnya ban kapten "OneLove" pada perhelatan Piala Dunia 2022.  

"Menurut saya mungkin memang penting bagi beberapa negara membawa kampanye tersendiri dalam setiap pertandingan, apapun jenis kampanye, apapun isu yang akan diangkat. Tetapi menurut saya, alangkah lebih baik sebelum berpendapat terhadap suatu hal, kita pun harus melihat bagaimana kondisi sekitar terkait kepercayaan dan budaya yang dianut. Karena mereka para pemain profesional, seharusnya mereka sudah cukup dewasa dalam membaca situasi."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun