The Worthy Single Lady adalah buku solo pertama yang aku tulis. Berkisah tentang perjalanan hidupku ketika masih lajang, menghadapi berbagai tantangan karena belum menikah hingga usia 30 an.
Mulai dari masalah patah hati karena putus dengan pria yang aku pikir akan jadi cinta pertama dan terakhir, berurusan dengan pria penipu berkedok cinta, kecewa dengan hubungan-hubungan yang tidak berakhir bahagia, tekanan social untuk segera menikah yang membuatku sempat mempertanyakan keberhargaanku sebagai seorang wanita.
Semua problematika itu ternyata membawaku pada banyak proses penyempurnaan karakter dan perubahan pola pikir yang berharga.
Aku pikir pelajaran-pelajaran yang aku dapatkan dari masa itu bisa bermanfaat bagi wanita Single yang saat ini mungkin mengalami masalah yang sama. Sehingga mereka bisa menjalani masa lajang dengan sikap dan pengertian yang benar.
Tantangan terbesar saat bikin buku ini bukanlah dari pihak luar melainkan bersumber dari diriku sendiri. Yaitu, keraguan diri. Self doubt.
Pertama, aku ragu apakah aku mampu menguraikan ide dalam kepalaku dalam bentuk tulisan yang isinya terstruktur dengan baik. Karena berbagai ide berlompatan di dalam kepalaku dan aku tak tau pasti apa keterkaitannya satu sama lain.
Kedua, apakah ini hal yang penting untuk dijadikan buku? Rasanya membahas tentang hidup seorang jomblo yang berjuang mencari jodoh adalah topik yang terlalu remeh temeh.
Sebagian besar dari isi buku ini adalah tentang kegagalan, kekecewaan, ke frustasi an dan kekuatiran seorang wanita lajang berusia matang. Topik yang biasa banget. Tak ada yang tampaknya begitu heroic dari hal itu.
Aku bukan orang hebat atau tokoh terkenal yang hidupnya menarik untuk dikupas. Bukan pula seorang wanita yang akhirnya menikah dengan Pangeran, misalnya pangeran William. Kalau begitu, mungkin bisa memberikan harapan bagi banyak orang bahwa mujizat Cinderella itu masih ada. Kisah hidupku biasa saja. Apanya yang akan menginspirasi?
Ketiga, aku bandingkan buku yang aku sedang tulis dengan buku-buku best seller internasional yang aku suka baca. Kisah ini rasanya tak ada apa-apanya. Siapa juga yang mau baca? Apakah akan ada yang beli?
Keraguan-keraguan itu memenuhi pikiranku dan berusaha menahan langkahku sepanjang proses pembuatan buku ini.