Mohon tunggu...
Rosa Nadya Evelyn Br.Sitorus
Rosa Nadya Evelyn Br.Sitorus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Medan

Hobi saya Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sejarah Penemuan Spektroskopi UV-VIS

8 September 2024   23:28 Diperbarui: 8 September 2024   23:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tahukah kamu?

Spektroskopi ultraviolet-visible (UV-Vis) adalah teknik analisis yang mengukur bagaimana zat menyerap cahaya ultraviolet (UV) dan cahaya tampak (visible) dalam rentang panjang gelombang tertentu. Teknik ini sangat penting dalam berbagai bidang kimia, biologi, dan material science.

Spektroskopi UV-VIS pertama kali ditemukan pada tahun 1800 oleh ilmuwan Inggris William Herschel. Ia menemukan bahwa cahaya matahari tidak hanya terdiri dari warna-warna tampak tetapi juga radiasi yang tidak terlihat. Herschel mengukur suhu berbagai warna cahaya dan menemukan bahwa radiasi inframerah, yang berada di luar spektrum tampak, memiliki suhu tertinggi. Kemudian pada tahun 1859, Robert Bunsen dan Gustav Kirchhoff mengembangkan prinsip dasar spektroskopi absorpsi dengan memanfaatkan spektrum cahaya yang diteruskan melalui sampel. Mereka menemukan bahwa setiap unsur kimia memiliki spektrum penyerapan khasnya sendiri.

Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi seperti filter optik dan detektor fotoelektrik memungkinkan pengukuran lebih akurat dari spektrum cahaya. Ini meningkatkan kemampuan untuk menganalisis zat dengan presisi tinggi. Pengembangan spektrofotometer modern dimulai pada tahun 1980-an. Spektrofotometer UV-Vis menggunakan cahaya dari sumber UV-Vis dan mendeteksi penyerapan cahaya menggunakan detektor fotoelektrik. Perkembangan ini memungkinkan pengukuran yang lebih cepat dan lebih akurat.

Johann Heinrich Lambert, seorang matematikawan dan astronom Jerman, pertama kali mengemukakan prinsip dasar yang menjadi dasar Hukum Lambert. Lambert mempelajari bagaimana cahaya menyebar dan melemah saat melalui media, tetapi aplikasinya pada spektroskopi belum dikembangkan sepenuhnya pada waktu. August Beer, seorang ahli kimia Jerman, kemudian mengembangkan teori tersebut dengan menambahkan aspek kuantitatif. Beer menemukan bahwa penyerapan cahaya oleh larutan berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut dan panjang lintasan cahaya, yang akhirnya dikenal sebagai Hukum Beer. Hukum Lambert dan Hukum Beer digabungkan untuk membentuk Hukum Lambert-Beer, yang menggabungkan ide-ide Lambert tentang penurunan intensitas cahaya dengan penemuan Beer tentang pengaruh konsentrasi dan panjang lintasan.

Seiring dengan kemajuan dalam teknologi optik dan komputasi, spektrofotometer UV-Vis menjadi lebih canggih. Penggunaan pemindai komputer dan analisis data otomatis mempercepat proses pengukuran dan interpretasi data. Spektroskopi UV-Vis juga digunakan dalam banyak aplikasi, mulai dari analisis kualitas air dan makanan hingga penelitian biomedis dan industri farmasi. Teknik ini memungkinkan identifikasi dan kuantifikasi zat berdasarkan pola penyerapan cahaya. Teknologi spektroskopi UV-Vis semakin terintegrasi dengan teknik spektroskopi lain, seperti spektroskopi IR (inframerah) dan NMR (nuclear magnetic resonance), untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif tentang sampel yang akan diuji.

Penulis: 

1. Rosa Nadya Evelyn Sitorus 

2. Khairahma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun