Mohon tunggu...
Anita Rosalina
Anita Rosalina Mohon Tunggu... -

I'm a food Jag :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

3P

9 Februari 2011   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“Apa sebenarnya sumber dari gangguan psikis?”

Pertanyaan ini mungkin tidak hanya bertengger di kepala saya. Saya percaya setiap orang memiliki potensi untuk mengalaminya, tetapi untuk mendefinisikan sumbernya lebih jauh lagi saya tidak berani. Setidaknya teman saya yang sedang getol-getolnya belajar mengenai kesehatan psikis berhasil menjelaskannya kepada saya, seorang IPA yang telah 3 tahun berjalan menjauhi dinamika ilmu alam.

Apakah masalah adalah sumber dari segalanya? Bersarkan cerita teman saya, segala hal yang berada di luar diri kita bukan merupakan sumber, jadi masalah bukanlah sumber. Analoginya seperti kebakaran, bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, daun kering, dan apapun yang bisa membuat percikan api mudah membesar bukan merupakan sumber. Sumber dari kebakaran itu sendiri adalah percikap api. Saya menyimpulkan masalah hanya sebuah trigger. Berdasarkan penuturan taman saya lagi, sumber dari gangguan psikis adalah genetik, sesuatu yang laten dalam diri manusia.

Sebelum penjelasan lebih lanjut, saya merasa senang karena seingat saya tidak ada keluarga pada generasi sebelum saya yang mengalami gangguan psikis. Tetapi teman saya menghancurkan kesenanya saya, memang mungkin seharusnya bukan senang ya huh? Tetapi seharusnya bersyukur. Jangan minta saya untuk menjelaskan lebih lanjut! Alasan senang  itu terkadang jauh lebih tidak stabil ketimbang syukur. Senang belum tentu bersyukur, bersyukur sudah pasti senang.

“siapa yang bisa memastikan keluarga kita pada generasi sebelumnya tidak mengalami gangguan psikis? Apakah kita punya bagan yang mendeskripsikan pola genetis kita?” pertanyaan itu harus dijawab dengan tidak ada yang bisa  memastikan, dan tidak ada yang memiliki bagan semacam itu. Faktanya masa depan itu kabur, kita tidak pernah bisa mengkalkulasikan secara tepat. Setiap peluang pasti berpeluang.

Dalam logika saya, pasti yang salah adalah Adam, manusia pertama*suka sekali menyalahkan orang lain* Maksud saya jika dijelaskan dengan logika biologi pasti nabi Adam rececive. Jadi setiap manusia pasti berpotensi.

Dua hal yang fundamental membedakan antara sakit fisik dan gangguan psikis adalah


  1. Waham adalah kepercayaan yang salah, tetapi terus dipertahankan. Misalnya merasa bahwa orang lain tidak menyukai kita, bahwa apa yang penyiar televisi sampaikan menyudutkan kita, bahwa sandiwara radio berbicara tentang prilaku buruk kita, bahwa bisikan orang-orang disekitar hanya berpusat pada kebodohan kita. Sangat paranoid.
  2. Halusinasi adalah tahap lanjut dari waham, kita seperti mendengar suara yang terus menggema gema di kepala kita dan kita berpikir bahwa itu adalah kenyataan. Kita tidak lagi mampu membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.

Kesulitan gangguan psikis adalah mencari trigger, beda dengan sakit fisik. Misalnya sakit jantung, kita bisa melihat ternyata seorang pasien sakit jantung karena anemia menahun, dan dokter akan melihat dari pola makan si pasien dan tipikal makanan yang dimakannya. Diagnosa dan obatnya lebih mudah untuk diketahui.

Tetapi siapa yang bisa menjelaskan gangguan psikis secara pasti, namanya saja sudah jiwa yang diserang. Jiwa itu sendiri merupakan perpaduan antara perasaan, pikiran, dan perbuatan. Bahkan dalam kondisi normal – tidak mengalami gangguan psikis – saja orang lain todak pernah mengetahui secara pasti, apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan, apa  intensi perbuatan kita. Apalagi yang jiwa/psikisnya sudah diserang?! Idealnya perasaan, pikiran, dan perbuatan kita adalah kombinasi yang harmoni. Tidak terpisah-pisah sehingga ia menjadi satu hal yang utuh, jiwa. Sehingga ia bisa dimaknai, seperti misalnya WATCH OUT! Kita tidak bisa memaknainya ketika frase itu terpisah watch itu jam out itu luar, luar jam? Jam luar? Kita tidak bisa memaknainya. Beda ketika kita memaknaiya ketika dikombiasikan dengan harmoni WATCH OUT!HATI-HATI!

Berdasarkan teman saya lagi usaha terlalu sombong jika tanpa diikuti dengan doa. Sesuai dengan pernyataan dosen kesehatan jiwa, doa adalah penangkal. Di samping berdoa, usaha konkret yang bisa kita lakukan adalah mencatat respon 3P kita untuk sebuah kejadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun