Mohon tunggu...
Rosalina Dwi Putri
Rosalina Dwi Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

nama saya rosalina dwi putri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggambaran Psikologi Karakter Dalam Novel Aku Tak Membenci Hujan Karya Sri Puji Hartini Melalui Pendekatan Psikoanalisis

14 Januari 2025   10:32 Diperbarui: 14 Januari 2025   11:12 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Karya sastra berfungsi sebagai refleksi kehidupan yang menyajikan berbagai permasalahan melalui bahasa sebagai sarana utamanya. Novel, sebagai salah satu bentuk prosa, mengisahkan cerita yang melibatkan tokoh-tokoh, kejadian, dan situasi yang disusun dalam sebuah alur. Karakter-karakter dalam novel memegang peran penting dalam memajukan cerita sekaligus menunjukkan kompleksitas kepribadian manusia. Dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, kita bisa menganalisis karakter secara lebih mendalam untuk memahami sisi psikologis mereka (Bapak & Nuramalia, 2024).

Novel Aku Tak Membenci Hujan karya Sri Puji Hartini menggambarkan perjalanan hidup Karang, seorang anak yang terbelenggu oleh trauma akibat perlakuan negatif dari ibunya. Trauma ini berimbas pada munculnya kepribadian ganda pada Karang, yang terdiri dari Banu yang rapuh dan Agha yang penuh pemberontakan. Ketegangan hubungan dengan ibunya menjadi penyebab utama penderitaan yang membentuk perkembangan psikologis Karang. Seiring berjalannya waktu, interaksi Karang dengan Launa, tokoh yang memberikan dukungan emosional, membuka kesempatan bagi proses penyembuhan meskipun masa lalunya yang kelam tetap menjadi hambatan besar (Hartini, 2023).

Pendekatan psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud terbukti efektif untuk menganalisis konflik internal, mekanisme pertahanan diri, dan trauma yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Dalam kajian sastra, pendekatan ini membantu menelaah dinamika psikologis karakter, terutama yang berkaitan dengan konflik emosional yang mendalam (Syafii & Purnomo, 2024).

Tujuan dari esai ini adalah untuk menyelidiki kepribadian Karang melalui pendekatan psikoanalisis, dengan harapan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang trauma, konflik emosional, serta perjalanan penyembuhannya yang digambarkan dalam novel Aku Tak Membenci Hujan. 

Psikoanalisis, yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud, adalah pendekatan yang bertujuan untuk memahami perilaku manusia melalui kajian mendalam terhadap dinamika bawah sadar, konflik internal, serta mekanisme perlindungan diri. Freud memperkenalkan tiga elemen utama dalam struktur kepribadian: id, yang mewakili dorongan naluriah; ego, yang berfungsi sebagai penengah antara id dan realitas; serta superego, yang berperan sebagai penjaga nilai moral dan etika. Salah satu gagasan utama Freud adalah pentingnya pengalaman masa kecil dalam membentuk pola pikir dan perilaku individu saat dewasa. Selain itu, konflik antara elemen-elemen ini, yang seringkali tidak disadari oleh individu, dapat memengaruhi keputusan dan tindakan mereka (Baga, 2021).

Tidak hanya relevan dalam ranah psikologi klinis, psikoanalisis juga banyak diterapkan untuk menganalisis karya sastra. Misalnya, Safaat, Aqilah, dan Anshori (2023) menyebutkan bahwa pendekatan psikoanalisis—sering pula dikenal sebagai pendekatan psikodinamika—membantu mengeksplorasi hubungan antara aspek psikologis, sosial, dan emosional dalam interaksi manusia. Dengan menggunakan kerangka ini, para peneliti dapat memahami lebih dalam tentang kepribadian karakter, terutama jika mereka menghadapi konflik internal yang signifikan atau memiliki trauma dari masa lalu.

Dalam novel Aku Tak Membenci Hujan, teori psikoanalisis sangat relevan untuk menggali dinamika psikologis Karang. Karakter ini mengalami trauma yang mendalam akibat hubungan yang buruk dengan ibunya. Konflik internal yang ia hadapi diwujudkan dalam bentuk kepribadian ganda: Banu, yang rapuh dan penuh ketakutan, serta Agha, yang agresif dan memberontak. Analisis terhadap interaksi antara id, ego, dan superego Karang memungkinkan pembaca untuk memahami bagaimana pengalaman buruk di masa kecil dapat membentuk kompleksitas psikologis yang mencolok.

Karakter merupakan elemen penting dalam karya sastra karena mereka tidak hanya menggerakkan alur cerita, tetapi juga mencerminkan berbagai sisi kepribadian manusia. Dalam sebuah novel, kepribadian tokoh sering kali dieksplorasi melalui tindak-tanduk mereka, dialog, serta hubungan dengan tokoh lain dan lingkungan sekitar. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak dan Nuramalia (2024), kepribadian seorang tokoh adalah refleksi dari emosi, pengalaman, dan konflik internal yang membentuk jati diri mereka. Pendekatan psikologis terhadap karakter memungkinkan pembaca memahami dimensi emosional dan psikologis yang melatarbelakangi perilaku tokoh, termasuk dampak dari trauma atau masalah yang mereka hadapi.

Pendekatan psikologi sastra memberikan ruang untuk menganalisis lebih dalam kepribadian tokoh, terutama dalam cerita yang menggambarkan pengalaman traumatis atau konflik internal yang mendalam. Dalam Aku Tak Membenci Hujan, misalnya, penggambaran Karang sebagai individu dengan kepribadian ganda menunjukkan bagaimana trauma dapat menciptakan konflik yang saling bertentangan di dalam diri seseorang. Tokoh Launa, yang berperan sebagai figur pendukung bagi Karang, dapat dipandang sebagai simbol dari ego yang mencoba mendamaikan sisi Banu yang rentan dan Agha yang penuh amarah.

Pendekatan psikoanalisis menjadi landasan yang sangat kuat dalam memahami konflik psikologis yang dialami oleh Karang dalam novel Aku Tak Membenci Hujan. Penolakan yang ia alami dari ibunya saat kecil menjadi pemicu utama dari permasalahan emosional yang ia bawa hingga dewasa. Konflik ini menyebabkan terjadinya perpecahan kepribadian dalam diri Karang, yang mengakibatkan dirinya hidup dalam ketegangan antara Banu dan Agha.

Pemahaman ini sejalan dengan gagasan Freud yang menyatakan bahwa trauma masa kecil dapat memengaruhi pembentukan kepribadian di kemudian hari (Baga, 2021). Dengan menganalisis interaksi antara id, ego, dan superego dalam diri Karang, pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana trauma memengaruhi perilaku dan keputusan yang ia buat dalam cerita. Selain itu, kehadiran Launa sebagai tokoh pendukung dalam novel mencerminkan peran superego, yang berfungsi untuk membantu Karang mengatasi luka emosionalnya dan menemukan jati dirinya yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun