Mahasiswa Universitas Jember kelompok 27 melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Grujugan Lor, Kecamatan Jambesari Darus Sholah, Kabupaten Bondowoso. Mayoritas masyarakat Desa ini memiliki hewan ternak, yaitu sapi. Berdasarkan observasi, kami mengidentifikasi adanya permasalahan yang timbul dari limbah ternak di Grujugan Lor. Limbah berupa kotoran sapi belum dikelola maksimal.Â
Limbah ternak berupa kotoran sapi di desa Grujugan Lor umumnya ditumpuk di sekitar kandang, tak sedikit yang dibuang di selokan, bahkan langsung dibuang di sungai. Padahal, apabila pembuangan limbah ke sungai berlanjut bisa menyebabkan kerusakan ekosistem sungai. Hal inilah yang menjadi indikator kelompok 27, bahwa limbah belum bisa dikelola dengan baik dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan sekitar. Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat terkait pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi penyebab mereka membuang limbah tersebut ke sungai yang secara langsung.
 Menanggapi permasalahan diatas, KKN UNEJ kelompok 27 mengadakan pelatihan pembuatan pupuk yang memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai bahan bakunya. Pupuk tersebut dapat disebut sebagai pupuk "Bokashi". Pelatihan pembuatan pupuk "Bokashi" dilaksanakan di Balai Desa Grujugan Lor pada hari Sabtu (03/08) yang dihadiri oleh masyarakat dari kalangan peternak, ibu rumah tangga, ibu kader PKK dan perangkat desa.Â
Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik berupa limbah pertanian dan ternak (kotoran sapi, sekam padi, dedak padi) dengan menggunakan EM-4. Pupuk bokashi sapi merupakan salah satu alternatif yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.Â
Indikasi keberhasilan pembuatan pupuk "Bokashi" adalah warnanya hitam kecoklatan, baunya asam khas bau fermentasi dan tidak berbelatung. Pupuk ini dapat diaplikasikan ke tanaman untuk menambah unsur hara pada tanah atau dapat juga digunakan sebagai campuran media tanam. Pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kebersihan lingkungan dengan meningkatkan kesadaran peternak akan pengolahan limbah. Lebih lanjut menjadi alternatif pengganti pupuk kimia yang dapat merusak tanah dan dapat meminimalisir jumlah pengeluaran bagi para petani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H