Mohon tunggu...
Rosalia Gisela
Rosalia Gisela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Bermain Bola Kaki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurangnya Menghargai Diri Sendiri

2 Juli 2022   18:33 Diperbarui: 2 Juli 2022   18:33 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama                           : Rosalia Gisela Bulu

NIM                               : 83822105097

Prodi/semester        : PKK/II C

Mata kuliah                : Psikologi Kepribadian

Kurangnya Menghargai Diri Sendiri

Salah satu konflik yang ada di dalam diri saya adalah bagaimana  menghargai diri sendiri, sebagai pelajar saya seharusnya menghargai diri saya sendiri dalam hal apapun, namun karena perubahan jaman yang begitu canggih, akhirnya saya terjerumus dalam konflik yang sangat merugikan diri saya sendiri. Saya tidak lagi menghargai diri saya, karena lebih mengutamakan kegiatan yang tidak bermanfaat untuk diri saya sendiri, seharusnya sebagai pelajar saya harus mampu menciptakan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Saya juga merubah cara belajar saya, dengan cara yang tidak tepat yaitu bermain handphone sambil belajar, cara itu tidaklah tepat, karena lebih banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia. Handphone sangatlah bermanfaat bagi siapa pun yang menggunakan, namun jika salah digunakan maka akan merugikan dirimu sendiri.

   Menurut Carl Gustav Jung kepribadian merupakan keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkah laku baik sadar maupun tidak sadar. Kepribadian ini berfungsi untuk membimbing orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendapat Carl Gustav Jung sangat membantu saya, supaya saya sadar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, artinya bahwa saya harus mampu menyesuaikan diri dengan apa yang ada di lingkungan sekitar saya, seharusnya saya sadar sebagai seorang pelajar, saya harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dengan teman-teman maupun lembaga pendidikan yang saya tempuh. Dengan kemampuan beradaptasi, saya dengan mudah untuk mempelajari apapun demi menunjang kesuksesan dalam belajar. Namun, hal ini tidaklah muda kalau tidak disertai dengan niat dan tekad yang tinggi. Konflik yang saya alami  hampir semua pelajar mengalami hal demikian, di mana mereka tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar mereka. Karena ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi, akhirnya mereka menjadi bodoh, di sisi lain mereka juga tidak menghargai diri mereka sendiri karena tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Jika saya sudah mampu beradaptasi, tetapi tidak belajar maka saya akan menjadi pelajar yang menjadi patung hidup jika di tanya oleh dosen, maksudnya saya menjadi bodoh kalau tidak belajar.

Tipe kepribadian menurut Hippocrates-Galenus. Tipe kepribadian yang paling dominan di dalam diri saya adalah kepribadian koleris: Berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, tidak emosional bertindak, tidak muda patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan kenyakinan, bisa menjalankan apa saja.  Dari tipe kepribadian saya di atas, saya adalah orang yang aktif dalam berbagai macam kegiatan dan sangat membutuhkan perubahan. Namun, karena saya terlalu aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan, akhirnya saya lupa akan kewajiban saya sebagai pelajar. Seharusnya sebagai pelajar saya harus tekun belajar, tetapi membatasi diri untuk mengikuti hal-hal yang membuat saya lupa akan kewajibanku. Di sisi lain di dalam kehidupan saya, saya sangat membutuhkan perubahan. Sama halnya saya tidak suka dengan hal-hal yang rutin seperti: kuliah, kos dan kampung. Untuk mengatasi hal yang rutin, saya mengikuti berbagai macam kegiatan di dalam Kampus maupun kegiatan di luar  Kampus, tetapi karena terlalu banyak mengikuti kegiatan, saya menjadi bodoh dan lupa akan kewajiban saya sebagai pelajar. Ketika dosen mengajukan pertanyaan saya tidak bisa menjawab pertanyaan dari dosen, karena tidak belajar. Saya juga kekurangan dosen yang dampingi saya dalam menyelesaikan konflik yang saya hadapi, sehingga saya tidak bisa menyelesaikan konflik yang ada di dalam diri saya tanpa bantuan orang lain. Sebenarnya saya bisa mencari tahu solusi mengenai konflik yang saya alami di internet, tetapi bagi saya, cara tersebut tidaklah tepat. Saya juga sulit untuk menggunakan kesempatan dengan baik, sehingga saya lebih banyak menunda untuk memulai sebuah perubahan. Banyak orang di luar sana mengatakan bahwa google adalah segalanya bagi mereka, karena google lebih pintar dibandingkan dengan manusia. Namun kita perlu ketahui bahwa informasi yang ingin kita ketahui jawabannya, terkadang tidak sesuai dengan harapan. Itulah alasan saya mengapa, saya tidak terlalu sering menggunakan google untuk memecahkan sebuah konflik. Di sisi lain google juga mempunyai sisi positif tergantung bagaimana cara kita menggunakannya. Saya sangat menyesal karena saya tidak menghargai diri saya sendiri dalam hal belajar, saya hanyalah budak Handphone, karena pada saat belajar pun saya bisa di kendalikan oleh Handphone, saya juga tidak bisa menggunakan Handphone dengan cara yang tepat, saya juga kekurangan ide-ide yang baru dari teman-teman kelas saya, karena pada saat kami kumpul bareng untuk bercerita, saya menjauhkan mereka dengan cara online di Whats Apps dan Fecabook dan yang jauh menjadi dekat dengan cara membalas chatingan dari mereka. Pada akhirnya saya menjadi tidak menghargai diri saya sendiri di depan teman-teman sederajat saya. Kurangnya untuk menghargai diri sendiri bukan hanya disebabkan oleh faktor internal saja (yang datang dari diri saya sendiri), melainkan disebabkan juga oleh faktor eksternal (yang datang dari luar diri saya). Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri saya, yang mempengaruhi saya untuk tidak menghargai diri sendiri, karena kecanduan bermain Handphone dan lebih mengutamakan kegiatan yang lain, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri, bisa jadi faktor perguruan pola didikannya yang kurang tepat, faktor keluarga yang kurang mensupport saya dalam belajar, karena mereka lebih menyukai kalau saya fokus bekerja daripada belajar. Pada akhirnya saya tidak bisa menghargai diri saya karena di pengaruhi oleh beberapa faktor dan saya pun menjadi budak kebodohan.

Berdasarkan konflik yang saya alami di atas, maka solusi yang tepat untuk mengatasi konflik tersebut adalah: saya harus keluar dari zona nyaman, dengan cara berusaha mengendalikan diri untuk tidak menggunakan Handphone secara berlebihan. Saya juga harus bisa mengimbangi kegiatan-kegiatan yang saya ikuti di dalam kampus maupun di luar kampus, agar antara Kuliah dan kegiatan lain berjalan bersama-sama, tanpah berat sebelah. Saya harus semangat untuk berjuang menghargai diri sendiri, saya harus bisa mengatasi konflik yang saya alami dengan cara saya sendiri, saya juga harus bisa memperoleh ide-ide yang baru dari teman-teman saya. Konflik yang saya alami bisa di atasi dengan mudah, asalkan ada niat dan tekad untuk berjuang. Saya juga tidak boleh membanding-bandingkan proses saya dengan proses orang lain, karena cara berjuang mereka tidak sama dengan cara berjuang saya, saya harus sadar akan tanggung jawab saya sebagai pelajar yaitu: saya harus belajar agar tidak di katakana bodoh oleh orang lain. Saya juga harus berpikir positif mengenai diri saya sendiri, dengan cara menulis hal-hal yang positif di dalam buku dear deary agar diingat terus. Saya harus sadar bahwa saya adalah agen yang membawa perubahan di dalam kehidupan keluarga, bangsa dan negara. Oleh karena itu saya harus berjuang dengan cara belajar dengan penuh ketekunan dan belajar dari orang-orang yang sudah pandai. Demikian solusi yang dapat saya gunakan untuk bisa menghargai diri sendiri dalam hal belajar. Rosalia Gisela Bulu (Mahasiswi STKIP WEETEBULA, Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik, Semester II C).  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun