Mohon tunggu...
rosadina yunianti
rosadina yunianti Mohon Tunggu... -

seorang penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semuanya Bermula dari Disiplin dan Saling Menghargai...

18 Oktober 2010   14:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:19 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Disiplin dan saling menghargai. kelihatannya sebuah kata kata yang kedengarannya mudah dan gampang untuk dilakukan. kata-kata tersebut seolah menjadi semacam mantra sakti apabila kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. permasalahan yang kita hadapi dalam hidup ini niscaya akan sedikit berkurang,seandainya kita bisa menghargai yang namanya disiplin atau menghargai yang namanya saling menghargai.

alasan yang mendasari penulis menulis topik mengenai saling menghargai dan disiplin pada dasarnya didasari oleh pengalaman penulis ketika melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat udara. pada umumnya masyarakat Indonesia sudah akrab dengan transportasi yang satu ini, meskipun harga tiketnya tidak murah (yang bilang penduduk Indonesia miskin benar atau bohong ya?). penulis memperhatikan ketika awak dan kru pesawat berusaha memberikan pengarahan kepada penumpang mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh si penumpang. salah satu diantaranya adalah untuk mematikan telephone genggam atau yang disebut handphone.

Meskipun sudah sering diperingati dan masyarakat pada umumnya mengetahui dampak dari dinyalakannya telepone genggam tersebut, masih ada saja penumpang yang bandel dengan tidak mematikan handphone,dan malah sibuk menggunakannnya. aksi si penumpang tersebut mungkin sepele, tapi nyawa ratusan orang yang ada dipesawat berada di tangannya. Tidakkah kita menyadari dampak negatif dari penggunaan telepone genggam dipesawat dapat berakibat fatal dan bisa mengakibatkan pesawat mengalami kecelakaan. semua itu hanya karena kita tidak peduli dengan orang disekitar kita dan lebih parahnya tidak menghargai diri sendiri dan lebih mengagungkan prinsip"yang penting gue senang". Apakah pengertian dari rasa saling menghargai nyawa orang lain ataupun nyawa si pemakai handphone tersebut dianggap sebagai barang murahan, hanya karena belom terjadi kecelakaan. Apakah mental kita selalu menyadari sebuah kesalahan setelah kita menyesal?

Kita terkadang lebih suka melemparkan protes terhadap orang lain, menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahan kita dan tidak bisa melihat kesalahan diri sendiri. Kata kata yang paling sering terdengar apabila ada seseoranng yang berusaha menegur kita biasanya "kan dia juga begitu atau urus saja urusan anda dan sejuta alasan untuk membenarkan sebuah kesalahan yang telah diperbuat. Masalahnya kapan kita bisa berubah jika menghargai nyawa sendiri saja kita tidak becus. misalnya dari contoh tadi, seipenumpang begitu ditegur malah ngomel dan membuat seribu satu alasan dan menuduh maskapai tersebut tidak becus,tidak nyaman dan sebagainya, sedangkan dia sendiri telah membahayakan nyawa semua penumpang yang ada di dalam  pesawat tersebut.

Kedengarannya simple, tapi akibat dan dampak negatif dari perbuatan yang tidak menghargai dan tidak disiplin bisa berakibat melayangnya nyawa orang lain. Seandainya semua orang yang ada di negara kita tercinta ini berusaha untuk mengharga orang lain dan menegakkan disiplin tentunya permasalahan yang saat ini menghadang kita dapat diuraikan dan dikurangi. Misalnya masalah kemacetan bisa dikurangi apabila pengendara disiplin dalam berkendara, banjir bisa dikurangi jika kita mau sedikit berkorban untuk tidak membuang sampah disungai.

Semua orang sudah mengetahui penyelesaian-penyelesaian tersebut sudah sering di utarakan oleh petinggi negri,ataupun di televisi sudah sering diadakan debat atau pembahasan mengenai masalah tersebut. Akan tetapi berapa orang yang tergerak untuk melakukannya "disiplin"?berapa orang yang berhenti berkata "ah orang itu juga begitu"? atau "ngomong sih gampang"? atau berteriak teriak meminta keadilan dan penyelesaian ketika semua sudah terlambat (contohnya ketika macet didepan mata, atau banjir besar melanda)? berapa banyak dari kita yang tidak menyalahkan orang lain tapi berusaha bercermin kepada diri sendiri, apakah saya merupakan salah satu orang yang menyebatkan macet atau banjir itu terjadi? Disiplin bukan hanya untuk kebaikan orang lain, tetapi untuk kebaikan diri kita sendiri. Jika kita disiplin bukankah sama dengan kita menghargai diri kita sendiri (misalnya:mematikan hp saat dipesawat untuk menghindari kecelakaan). Seandainya sebagai manusia kita terlalu egois dan tidak bisa menghargai orang lain, cobalah lakukan hal yang positif demi diri kita sendiri terlebih dahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun