Mohon tunggu...
Rosa
Rosa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Berita UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

LP2M, KUPI Corner, dan American Corner Berkolaboratif Diskusi Ilmiah dengan Tema: Hentikan Penyalahgunaan Seksual, Selamatkan Kesehatan Mental

28 November 2024   19:26 Diperbarui: 29 November 2024   12:08 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: https://walisongo.ac.id/)

UIN Walisongo Online,  Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) berkolaborasi dengan KUPI Corner dan American Corner menyelenggarakan diskusi ilmiah bertema "Stop Sexual Abuse, Save Mental Health" dalam rangka Kampanye 16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan. Acara ini berlangsung di ruang American Corner UIN Walisongo Semarang pada hari Senin, 25 November 2024. Diskusi ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas serta organisasi tertentu, seperti UKM An Niswa, Fosia, Lingkar Psikologi FPK, dan Lembaga Layanan Berbasis Mahasiswa (Lavender dan LSAP). Acara dibuka oleh Titik Rahmawati, M.Ag., yang menjabat sebagai ketua PSGA UIN Walisongo Semarang. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya membahas isu pelecehan seksual dan kesehatan mental, mengingat penelitian menunjukkan bahwa angka kekerasan seksual tertinggi terjadi di lingkungan pendidikan.

PSGA UIN Walisongo Semarang berkomitmen untuk memberikan edukasi dan pendampingan kepada semua korban pelecehan seksual, baik dalam aspek psikologis maupun hukum," tambahnya.

Diskusi ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Vriska Putri R., M.Psi., Psikolog dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan Dr. Kurnia Muhajarah, M.Ag., Direktur Kupi Corner. Acara ini dipandu oleh Abdul Malik, M.Si. dari LP2M UIN Walisongo Semarang.

Narasumber pertama, Vriska Putri, menjelaskan bahwa pelecehan seksual tidak hanya menimpa perempuan, tetapi juga laki-laki, meskipun jumlah korban perempuan lebih tinggi. Ia juga menekankan bahwa penyebab kekerasan seksual tidak sepenuhnya dapat disalahkan kepada korban.

Seringkali, perempuan menjadi sasaran tuduhan ketika mengenakan pakaian ketat atau keluar malam, karena kedua hal tersebut dianggap sebagai penyebab utama terjadinya kekerasan seksual. Namun, banyak perempuan yang mengenakan pakaian tertutup juga tetap menjadi korban. Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan seksual tidak disebabkan oleh pakaian yang dikenakan atau kebiasaan keluar malam, melainkan berasal dari dalam diri pelaku yang tidak mampu mengendalikan nafsunya, ungkapnya. Kurnia Muhajarah menambahkan bahwa kekerasan seksual dapat terjadi dalam hubungan suami istri, bahkan dalam konteks pacaran sekalipun. Respon sosial terhadap kasus ini sering kali menunjukkan bahwa perempuan saling menyalahkan, bahkan di antara sesama perempuan.

"Ketika terjadi kasus kekerasan seksual, yang muncul bukanlah dukungan antar perempuan, melainkan penilaian antar perempuan. Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk lebih peka terhadap sesama, terutama terhadap diri kita sendiri," jelasnya.

Lebih lanjut, Kurnia Muhajarah menjelaskan bahwa praktik Pemotongan dan Pelukaan Genitalia terhadap Perempuan (P2GP) adalah tradisi yang perlu segera dihapuskan. Penelitian menunjukkan bahwa khitan pada perempuan tidak memiliki manfaat medis, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif bagi korban, berbeda dengan khitan pada laki-laki yang memiliki tujuan medis yang jelas.

"Untuk teman-teman yang mungkin menjadi korban P2GP, mari kita putuskan rantai tersebut dengan menghentikannya pada diri kita sendiri. Jangan biarkan anak-anak kita menjadi korban P2GP," ajaknya.

Febriani Nur Islami, salah satu peserta diskusi ilmiah, mengungkapkan rasa senangnya terhadap acara ini. "Sebagai mahasiswa psikologi, saya merasa sangat terhubung dengan isu yang dibahas. Melalui seminar ini, kita dapat mempelajari intervensi psikologis yang tepat. Diskusi mengenai P2GP juga mencakup kontroversi dari perspektif medis, sosial, dan psikologis, yang menunjukkan bahwa P2GP berdampak negatif terhadap kesehatan psikologis perempuan. Oleh karena itu, kita seharusnya mendukung penghapusan praktik tersebut," ujarnya.

Sumber: https://walisongo.ac.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun