Mohon tunggu...
Rosa Amalia Putri
Rosa Amalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menjelajah alam, Mengedit foto, Media Social Specialist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rintihan Seorang Pengepul Barang Bekas dengan Kehidupan Sebatang Kara

6 Januari 2024   15:38 Diperbarui: 6 Januari 2024   15:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu desa yang letaknya berdekatan dengan perumahan terdapat seorang pria muda yang hidup di balik bayang-bayang kesepian dan kehilangan. Ojan (disamarkan), seorang anak yang kehilangan kasih sayang orangtuanya sejak usia kecil, sekarang menjadi sebatang kara yang mengais rezeki sebagai tukang rongsok.

Ojan kehilangan kedua orangtuanya tanpa alasan yang jelas ketika usianya baru menginjak 4 tahun. Menurut keluarga terdekat, mereka meninggalkan anak kecil ini karena Ojan memiliki keterbatasan yang dapat memengaruhi cara ia beraktivitas. Sejak saat itu, Ojan hidup bersama saudarnya, yakni nenek Ida, dalam keterbatasan dan kesulitan.

Meski usianya masih muda, Ojan terpaksa merasakan pahitnya hidup sebatang kara. Kehidupan keluarga mereka yang sederhana kini terasa seperti reruntuhan, dan mereka hanya bisa bertahan hidup dengan hasil jerih payah Ojan sebagai tukang rongsok. Setiap pagi, Ojan mendorong gerobak tua menuju jalanan desa hingga memutari perumahan hanya untuk mencari barang-barang bekas yang didapat dan dijual. Meskipun matahari sudah berada tepat atas kepala, ia tetap berusaha mengumpulkan sejumput uang demi makanan dan kebutuhan dasar.

"Ah barang apa saja yang bisa ditukar uang boleh kasihkan ke saya," ujar Ojan dengan mata yang mencerminkan kegigihan dan pantang menyerah. "Saya berharap suatu hari nanti, bisa memberikan kehidupan yang lebih baik dan nyaman untuk nenek dan diri saya sendiri."

Kisah hidup Ojan bukan hanya tentang perjuangannya mencari nafkah, tetapi juga tentang bagaimana ia berusaha menjaga semangat dan optimisme di tengah kesulitan. Nek Ida merupakan satu-satunya keluarga yang tersisa, mengaku bangga pada cucunya yang gigih.

"Saya tahu kehidupan ini tak selalu adil, tapi Ojan selalu memberikan yang terbaik," ujar Nek Ida dengan mata penuh haru. "Kami mungkin kehilangan segalanya, tapi kami masih memiliki satu sama lain."

Namun, kehidupan seorang tukang rongsok bukanlah pilihan yang mudah. Di tengah hujan dan terik matahari, Ojan tetap bersemangat dengan beban hidup yang terlalu berat untuk pundak seorang pemuda. Tetapi, di setiap barang rongsok yang ia kumpulkan, tersimpan harapan akan perubahan dan impian untuk mengakhiri kehidupan yang menyedihkan ini.

Ojan sejak lama sudah dikenal para warga perumahan tersebut, hingga saat ini banyak warga yang bersimpati kepada Ojan, dan terdengar desas-desusnya bahwa hasil mengumpulkan barang rongsok ia memperoleh rumah yang cukup besar. Jerih payahnya terbayar semua karena berkat adanya kegigihan dan semanagt yang tertanam pada dirinya yang bukan menjadi hambatan bagi Ojan.

Di balik rintihan seorang tukang rongsok, cerita Ojan adalah cerminan dari keberanian dan ketekunan dalam menghadapi hidup yang tak pernah adil. Semoga, suatu hari nanti, matahari kembali bersinar cerah bagi Ojan dan mereka yang berjuang menghadapi cobaan hidup serupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun